Salin Artikel

Ini Kisah di Balik Balita Korban Puting Beliung yang Digendong Ridwan Kamil

BANDUNG, KOMPAS.com - Sejak digendong Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil dan viral di media sosial, balita usia 5 bulan, Rafiski Haikal dikenal banyak orang.

Bahkan, anak dari pasangan Listiani (39) dan Budi Santoso (41) ini menjadi topik hangat di tengah warga di Perum Rancaekek Permai 2, Desa Jelegong, Kecamatan Rancaekek, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.

Sejak bertemu Gubernur Jabar Ridwan Kamil pada Kamis (14/2/2019) lalu itu, tetangga di perumahan tersebut menyebut balita lucu nan menggemaskan ini sebagai anak Pak Gubernur.

"Iya sih lucu anaknya Pak Gubernur. Sekarang mah di sini disebutnya itu, semenjak digendong Pak Gubernur," ucap Dedeh Herawati (34), tetangga Listiani ditemui KOMPAS.com di Blok C Perum Rancaekek Permai, Selasa (19/2/2019) siang.

Di tempat yang sama, ibu balita tersebut, Listiani mengatakan, momen anaknya dipangku Gubernur Jabar Ridwan Kamil patut disyukuri.

"Iya mudah-mudahan kelak nasibnya lebih baik dari kami. Sekarang saja tetangga sampai warga lainnya, tiap ketemu kami itu bilangnya anak Pak Gubernur," ujarnya.

Listiani menuturkan, momen anak bungsunya ini berada dalam dekapan Kang Emil terjadi, saat dirinya menerima telepon dari tim Jabar Quick Respons.

Saat itu, Listiani dihubungi untuk ikut ke Kota Bandung dan bertemu Kang Emil, melalui program yang diinisiasi Pemprov Jabar yakni Temu Pemimpin Untuk Aspirasi Masyarakat (Tepas), di Gedung Negara Pakuan Bandung.

"Waktu itu, saya ketemu Pak Gubernur di acara Tepas itu bersama 6 warga, korban angin puting beliung lainnya asal blok C. Tapi berangkatnya bareng sama warga lainnya yang di blok lain," ucapnya.

Sayangnya, kata Listiani, ketika bertemu Gubernur Jabar itu, warga yang terdampak langsung angin puting beliung tidak sepenuhnya dapat menyampaikan unek-unek langsung kepada Kang Emil.

"Iya waktu itu yang bicara hanya perwakilan saja. Mungkin karena waktunya mepet jadi hanya sedikit yang bisa disampaikan, kurang puas, unek-uneknya gak keluar," akunya.


Banyak didatangi pejabat, minim bantuan

Namun, terlepas dari terkenalnya Haikal di tengah warga hingga viral di media sosial, derita warga terdampak bencana angin puting beliung di Perum Rancaekek Permai 2, hingga sebulan lebih berlalu masih belum usai.

Listiani menyebutkan, akibat bencana angin puting beliung itu, warga terdampak paling parah ada di blok C.

Namun, kata Listiani, secara keseluruhan, warga di blok lainnya mulai dari blok B hingga blok D juga terdampak.

"Informasinya ada 150 KK di blok B, C, dan D yang rusak," terangnya.

Bahkan, keluarga balita Haikal ini, kini tinggal sementara bersama adik iparnya, Mia Rosmiati (39) di perumahan yang sama.

Sebab, kondisi rumah orang tua Haikal ini rusak paling parah hingga harus dibangun ulang pascaditerjang angin puting beliung pada 11 Januari 2019, lalu.

"Sejak rumah hancur diterpa angin puting beliung sampai hari ini, saya, suami dan empat anak, masih tinggal di rumah adik suami saya. Karena saat itu, kondisi rumah kami tidak memungkinkan lagi ditinggali," keluhnya.

Listiani menyebutkan, sejak bencana angin puting beliung itu, memang banyak pejabat yang berdatangan ke lokasi.

Mulai dari pemerintahan tingkat desa, kabupaten, Gubernur Jabar Ridwan Kamil, hingga anggota DPR RI Dede Yusuf Macan Effendi.

"Tapi sampai saat ini, bantuan yang kami terima hanya sembako, uang tunai Rp 100.000 per kepala keluarga dan asbes sebanyak 2 lembar. Katanya uang dan 2 lembar asbes itu untuk bantuan perbaikan rumah kami. Tapi kami juga tidak tahu, bantuan itu datangnya dari mana," ucapnya.

Tetangga korban, Dedeh Herawati (34) dan Irfan Haerul (41) membenarkan apa yang disampaikan Listiani.

"Iya memang segitu adanya. Kalau pejabat yang datang ke sini sudah hampir semuanya datang, dari desa dari kecamatan, kabupaten sampai Pak Gubernur dan terakhir, anggota DPR Dede Yusuf ke sini," ungkapnya.

Puting beliung sebabkan tanggul jebol

Selain merusak ratusan rumah milik warga, bencana angin puting beliung juga menyebabkan tanggul batas antara perumahan dengan pemukiman warga sekitar jebol.

Sejak saat itu, tiap hujan turun, Perumahan Rancaekek Permai 2 kerap diterjang banjir bandang.

"Puncaknya, banjir besar setinggi paha orang dewasa terjadi pada 11 Februari kemarin. Persis sebulan setelah angin puting beliung menjebol tanggul batas perum dengan lingkungan warga sekitar," terangnya.

Memang, kata Listiani, hampir tiap tahun, banjir kerap melanda Perum Rancaekek Permai 2.

Namun, kata Listiani, pascatanggul jebol itu, banjir bandang kerap terjadi dan merendam perumahan warga, khususnya di Blok C RT 04 RW 23.

"Karena di sini saluran drainasenya enggak jalan, jadi tiap banjir lama surutnya. Apalagi kalau cuaca enggak panas. Kalau Kahatex banjir saja, karena tanggul jebol itu, semua air masuk ke perumahan kami," jelasnya.

Listiani dan warga lainnya saat KOMPAS.com tiba di lokasi, yakni Rahmat Setiawan (42) warga Blok C 17 Nomor 7, dan Ari Wibowo (32), warga Blok C10 Nomor 25 berharap pemerintah dapat meringankan beban mereka. Khususnya, untuk perbaikan rumah.

Apalagi, kata Listiani, dia punya 4 orang anak yang saat ini harus dibiayai. Khususnya ketiga orang anaknya yang masih duduk di bangku sekolah.

"Anak saya yang pertama Muhammad Agi (17) sekarang sekolah di SMK 6 Bandung. Yang kedua, Nurdiansyah (15) kelas 3 SMPN 3 Rancaekek, dan Afdal Danurwari (10) sekarang kelas 4 di SDN Ciherang masih butuh biaya sekolah. Apalagi saya masih punya si bungsu, Rafiski Haikal (5 bulan), yang viral karena digendong Pak Gubernur," keluhnya.

Listiani mengaku tidak sanggup untuk menyelesaikan membangun kembali rumahnya yang rusak parah.

"Iya sekarang juga sudah habis, enggak punya uang lagi buat bangun rumah. Selama rumah kami belum teduh lagi, mungkin sementara tetap tinggal di rumah adik ipar saya. Jadi kami sangat berharap ada bantuan dari pihak manapun, khsususnya dari pemerintah," katanya lagi.

Warga lainnya, Rahmat Setiawan mengaku hal yang sama.

Menurutnya, untuk memperbaiki rumahnya, saat ini hanya mengandalkan dana pribadi, seadanya.

"Kemarin dapat bantuan hanya Rp100.000 dan beberapa lembar asbes. Sisanya, kami sendiri yang harus keluarkan dana. Tapi tentunya, dengan berbagai kebutuhan sehari-hari lainnya tidak mencukupi," katanya.

Tentunya, kata Rahmat, bantuan dari pemerintah sangat dinantikan.

"Kami juga berharap tanggul jebol yang rusak akibat angin puting beliung bisa segera diperbaiki pemerintah. Karena, akibat tanggul jebol itu, tiap hujan, banjir datang dan hidup kami makin susah. Kami juga berharap agar pemerintah dapat memasilitasi perbaikan saluran drainase di perumahan kami ini, selama saluran drainasenya buruk seperti sekarang, air banjir saat hujan susah surut," katanya.

https://regional.kompas.com/read/2019/02/20/06000041/ini-kisah-di-balik-balita-korban-puting-beliung-yang-digendong-ridwan-kamil

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke