Salin Artikel

Menyaksikan Tradisi Melepas Benih Ikan dan Menanam Pohon Para Pengantin di Kulon Progo

Sebuah sungai kecil selebar 4 meter berada tak jauh dari tugu itu. Orang menyebutnya sebagai Kali (sungai) Nglampok.

Airnya sedang penuh dan mengalir deras, terlebih karena beberapa hari belakangan ini hujan turun rutin.

Sejatinya, kali ini adalah saluran irigasi. Sama dengan saluran irigasi lain, airnya mengairi sawah-sawah di sekitaran Galur. Kemudian, air terus mengalir ke Sungai Sain yang merupakan anak Sungai Progo yang besar.

Sembilan pasang pria dan wanita berdiri di jembatan kecil di kali itu. Tepat di seberang Kantor Koramil Galur.

Wajah mereka terlihat sumringah meski cuaca pagi sudah bikin gerah. Masing-masing dari tiap pasangan berdiri sambil menenteng satu plastik berisi ikan-ikan air tawar yang masih hidup.

Berbeda jenis ikan pada tiap pasangan. Rifki Ardi (26), warga Kecamatan Bambanglipuro, Kabupaten Bantul, menenteng beberapa ekor ikan nila hidup berwarna merah.

Ukuran satu ikan lumayan besar, kira-kira sebesar setengah telapak tangan. Di sebelahnya, Galen Latifa (22), seorang mahasiswi, juga menenteng satu plastik ikan nila. Total keduanya 8 ikan nila.

"Ikan nila punya kemampuan bertahan hidup dan berkembang biak sangat baik dan cepat. Kami berharap ikan nanti bermanfaat untuk kita semua," kata Rifki, Jumat (1/2/2019).

Tak lama kemudian, Rifki dan Galen menuang isi plastik itu ke sungai. Mereka melepaskan nila ke sungai.

Saat bersamaan, 8 pasang pria dan wanita di sekitar Rifki dan Galen juga melakukan aksi serupa. Mereka, dengan jenis ikan tawar yang berbeda-beda, melepas benih ikan itu ke sungai.

Semua berlangsung tidak lama. "Saya berharap ikan ini berkembang baik," kata Rifki.

Menebar benih ikan, merupakan puncak prosesi para pasangan yang menikah maupun calon pengantin lain di Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Galur. Usai mengikuti ijab kabul, mereka beriringan menuju sungai terdekat dan menebar benih.

Kegiatan ini sederhana, diawali kata pengantar singkat dan doa bersama. Mereka melanjutkan menebar benih di kali bersama para pengantin lainnya.

Ketua KUA Zamroni mengatakan, melepas benih ikan menjadi tradisi yang sudah berlangsung sejak Februari 2018. Ratusan pasang pengantin sudah melakukan hal serupa.

Menebar benih ikan jadi simbol ketahanan keluarga. Namun, lebih dari itu, menebar bibit ikan menjadi bagian manusia dalam berbuat amal seperti dalam ajaran Islam.

Amal akan memberi manfaat bagi warga dan masyarakat luas. Amal tidak akan putus sepanjang apa yang disebar terus memberi manfaat.

Seperti halnya menebar benih ikan, maka mereka akan terus berkembang biak dan makin banyak orang yang akan menerima manfaat dari keberadaan ikan.

Itu juga berarti amal jariyah akan terus abadi. "Ini merupakan program inovasi KUA Galur. Kami memberikan kesempatan kepada calon pengantin dan pengantin baru untuk melakukan amal jariyah," kata Zamroni.

KUA membebaskan pengantin menentukan benih, ukuran, maupun jumlah yang akan disebar. Seperti berlangsung di hari ini, selain ikan nila, ada juga yang menebar benih patin maupun lele.

"Seikhlasnya pengantin yang memberikan. Dengan kegiatan ini, bisa membawa dampak positif bagi warga Galur," kata Zamroni.

Kekayaan sungai akan ikan berdampak pada daya tarik besar desa di masa depan. Desa bisa jadi rujukan banyak orang untuk datang karena kekayaan alamnya.

Tradisi-tradisi yang bertahan menegaskan, bahwa kecamatan Galur berbudaya dan ramah lingkungan.

Pasangan Sudi Indra Muliadi (24), warga Kabupaten Labuhan Batu, Sumatera Utara, dan Ana Safitri (24), warga Pedukuhan Sigran I, Tirtorahayu, Galur, di antara para pengantin yang melepas ikan.

Sudi dan Ana mengaku, bahagia bisa turut memberikan manfaat usai prosesi akad nikah keduanya dilangsungkan.

Sebelumnya, keduanya memang telah merencanakan untuk menebar benih ikan. "Kita sebelumnya memang sudah berembuk dengan keluarga. Ternyata memang ada programnya. Semoga kegiatan ini bisa bermanfaat," kata dia.

Zamroni mengatakan, ada lebih 100 pasangan sudah menebar benih ikan di sungai-sungai di Galur ini, sejak Februari 2018. Kegiatan seperti hanya berlangsung di Galur.

Rata-rata, dalam 1 tahun, terjadi pernikahan sebanyak 160 pasangan di Galur. Sedangkan, total orang menikah di Kulon Progo sendiri bisa lebih 3.500 pasangan per tahun.

Tanam pohon

Selain menebar benih ikan, pasangan pengantin baru juga wajib menanam pohon buah. Menanam bibit pohon menjadi tetenger (tanda, dalam Bahasa Jawa) usia sebuah pernikahan pasangan yang melakukan penanaman pohon.

"Pohon itu (tumbuh) seperti langgengnya hidup bersama," kata Zamroni.

Berbeda dengan menebar benih ikan yang berlangsung di sungai, KUA mengembangkan 2 kebun buah dengan total luas keduanya sekitar 1.200 meter persegi.

Lokasi penanaman dinamai kebun sakinah. Di sana tumbuh rambutan, durian, belimbing, kelengkeng, hingga mangga.

Ke depan, lokasi-lokasi itu bisa memberi manfaat bagi warga. "Lebih 100 pasangan juga sudah menanam pohon di sana," kata Zamroni.


https://regional.kompas.com/read/2019/02/01/18115831/menyaksikan-tradisi-melepas-benih-ikan-dan-menanam-pohon-para-pengantin-di

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke