Salin Artikel

Ajak Petani Antisipasi Cuaca Ekstrem, BMKG Bikin Sekolah Iklim di Lereng Sumbing

MAGELANG, KOMPAS.com - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengadakan Sekolah Lapang Iklim (SLI)-Sosialisasi Agroklimat bagi para petani bawang putih di lereng Gunung Sumbing, Desa Candisari, Kecamatan Windusari, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.

Kepala Stasiun Klimatologi Kelas I Semarang BMKG, Tuban Wibisono menjelaskan, kegiatan SLI bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani dan penyuluh pertanian dalam memanfaatkan informasi iklim guna mengantisipasi dampak fenomena iklim ekstrem.

"Harapan kami pengetahuan tentang cuaca/iklim petani meningkat, serta melakukan adaptasi terhadap usaha pertanian apabila terjadi dampak iklim ekstrem seperti banjir dan kekeringan, yang kerap menimbulkan kerugian bagi petani," jelas Tuban, di sela-sela pembukaan SLI di Desa Candisari, Kecamatan Windusari, Kebupaten Magelang, Rabu (30/1/2019).

Tuban melanjutkan, pemahaman informasi dan prakiraan cuaca/iklim/musim para petani sangat diperlukan agar dapat diterapkan di lapangan.

Hal itu bisa dicapai melalui pendidikan non-formal atau pertemuan dan pengalaman proses belajar berdasarkan kebutuhan lokal.

"SLI menjadi suatu pendekatan yang memberdayakan petani untuk memahami dan memanfaatkan informasi tentang cuaca/iklim/musim secara efektif dalam pertanian. Ini merupakan studi lapangan berorientasi pada program praktis yang memberikan kesempatan petani untuk belajar bersama," papar Tuban.

Deputi Klimatologi BMKG Herizal menambahkan, iklim ekstrem berdampak pada masa tanam tanaman pertanian.

Hal ini yang perlu dipahami petani terkait pola dan masa tanam yang akan diterapkan guna mencegah kerugian.

"Musim hujan awal Agustus 2018 lalu mundur sekitar 40 hari, maka harus ada penyesuaian pola tanam, jika petani tak paham maka bisa merugi," jelasnya.

Lebih lanjut, bicara pertanian maka berhubungan dengan air.

Herizal berujar, air juga berpotensi penyebaran hama karena itu petani harus bisa mengawasai perkembangan hama agar bisa dikendalikan.

Adapun proses belajar dalam SLI ini petani mengikuti daur belajar melalui pengalaman, yaitu melakukan (mengalami), mengungkapkan, menganalisa, menyimpulkan dan menerapkan kembali.

Materi yang disampaikan, lanjutnya, mulai dari bijakan tanaman pangan, program pengendalian kekeringan dan banjir, mengenal alat-alat klimatologi, hingga memahami proses pengataman menggunakan alat ukur sederhana.

"Salah satu materinya adalah pengukuran alat sederhana, misal menghitung curah hujan dihitung pakai kaleng bekas. Harapan kami ke depan para petani ini lebih hebat," tandasnya.

Pelaksana tugas (Plt) Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Magelang Tri Agung, mengapresiasi kegiatan SLI bagi petani bawang putih di desa lereng Sumbing ini.

Bawang putih merupakan komoditas utama di kawasan ini yang lahannya mencapai 85 hektar.

"Bawang putih merupakan produk yang sedang digalakkan pemerintah. Hampir 85 persen Indonesia masih impor, devisa terserap untuk impor, yang diuntungkan tentu importir. Oleh karena itu, SLI ini sangat penting bagi masyarakat khususnya petani bawang putih," ucapnya.

https://regional.kompas.com/read/2019/01/30/19334441/ajak-petani-antisipasi-cuaca-ekstrem-bmkg-bikin-sekolah-iklim-di-lereng

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke