Salin Artikel

6 Fakta Bencana di Sulawesi Selatan, Akses Terputus hingga 3.000 Orang Mengungsi

KOMPAS.com - Jumlah korban jiwa akibat banjir bandang dan longsor di Sulawesi Selatan hingga Jumat (25/1/2019), tercatat 59 orang dan 25 warga masih belum ditemukan.

Menurut Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho, penanganan bencana masih terus dilakukan.

Bencana di Sulawesi Selatan tersebar di 13 kabupaten/kota.

Sementara itu, tim SAR gabungan terus berupaya mencari para korban.

Berikut ini fakta lengkap terkait bencana di Sulsel:

Sutopo merilis, data dampak bencana banjir dan longsor di Sulsel hingga Jumat (25/1/2019) siang tercatat 59 orang meninggal, 25 orang hilang, 47 orang luka-luka.

“Akibat banjir dan longsor di Sulsel, sebanyak 6.596 orang terdampak, 3.481 orang mengungsi, 79 unit rumah rusak (32 unit hanyut, 26 rusak berat, 2 rusak sedang, 14 rusak ringan, 5 tertimbun), 4.857 unit rumah terendam, dan 11.876 hektar sawah terendam banjir. Kerusakan sarana fisik antara lain 10 jembatan, 16,2 km jalan, 2 pasar, 12 unit fasilitas peribadatan, 6 fasilitas pemerintah, dan 22 unit sekolah,” kata Sutopo.

Menurut Sutopo, penanganan darurat bencana banjir, longsor, dan puting beliung di Sulawesi Selatan terus dilakukan.

Dampak bencana besar karena 106 desa terdampak bencana yang tersebar di 61 kecamatan di 13 kabupaten/kota yaitu Jeneponto, Maros, Gowa, Kota Makassar, Soppeng, Wajo, Barru, Pangkep, Sidrap, Bantaeng, Takalar, Selayar, dan Sinjai.

Basarnas mengirimkan bantuan satu tim dari Makassar dan satu tim dari Kabupaten Bantaeng untuk mempecepat proses pencarian korban.

“Operasi SAR kali ini, kami memberangkatkan dua tim asal dari Pos SAR Bantaeng dan hari ini satu tim dari Makassar untuk membantu mempercepat proses pencarian terhadap warga Desa Sapanang, Kabupaten Jeneponto, yang menjadi korban banjir,” kata Kepala Kantor Basarnas Makassar Mustari, Jumat (25/1/2019).

Mustari juga meminta dukungan pemerintah daerah untuk proses pencarian korban.

"Dalam melakukan pencarian, jangan lupa untuk selalu menjaga diri, jaga kesehatan, jaga kekompakan dalam tim, dan yang paling utama adalah tetap perhatikan safety," ujarnya.

Gubernur Sulawesi Selatan Nurdin Abdullah menjelaskan, bencana yang melanda wilayahnya akibat adanya pendangkalan sungai dan perusakan hutan.

"Ini adalah gejala alam yang luar biasa. Penyebab banjir akibat pendangkalan dam Sungai Bili-Bili yang sudah serius untuk ditangani," kata Nurdin, Rabu (23/1/2019).

Menurut Kepala Bagian Humas dan Protokol Pemprov Sulsel Devo Khadaffi, banjir juga disebabkan dibukanya dua bendungan, yakni Bendungan Bili-Bili di Kabupaten Gowa dan Bendungan Lekopaccong di Kabupaten Maros, akibat intensitas hujan tinggi.

Kabag Humas Pemkab Gowa Abdullah Sirajuddin mengatakan, posko induk bencana longsor dan banjir Kabupaten Gowa telah menampung 3.534 orang pengungsi.

"Para pengungsi ini tersebar di 16 titik pengungsian di sejumlah kecamatan di Gowa," katanya, Jumat (25/1/2019).

Sejumlah lokasi pengungsian antara lain berada di Kecamatan Manuju, Kecamatan Bungaya dan Kecamatan Tinggimoncong.

Sementara itu, banyak para pengungsi yang belum mendapat bantuan. Salah satu penyebabnya adalah akses menuju lokasi terputus.

Misalnya di Desa Tanah Karaeng, Kecamatan Manuju yang menampung pengungsi asal Dusun Pattiro, Desa Pattallilakang, Kecamatan Manuju yang habis tersapu longsor. 

"Ada sebelas orang pengungsi diantaranya ada anak-anak dan balita tapi belum ada bantuan logistik yang tiba ke sini," kata Basariah, salah satu warga Desa Tanah Karaeng. 

PT PLN terus berusaha memulihkan pasokan listrik yang padam akibat banjir dan angin kencang di 12 wilayah Sulawesi Selatan.

Sejauh ini, PLN wilayah Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Sulawesi Barat telah mengaktifkan 786 dari 1.002 gardu distribusi yang padam akibat banjir.

“Sebesar 80 persen pasokan listrik di daerah Sulsel sudah dapat dinyalakan. Petugas akan terus berupaya memulihkan pasokan listrik sampai tuntas seutuhnya, dengan tetap memperhatikan keselamatan masyarakat,” kata General Manager PLN Wilayah Sulselrabar Bambang Yusuf, melalui keterangan pers yang diterima, Jumat (25/1/2019).

Bambang mengungkapkan, banjir telah merendam 1.002 gardu distribusi listrik di Sulsel. Akibat banjir dan angin kencang, sepanjang 8,2 kilometer sirkuit jaringan tegangan menengah dan 20 tiang listrik, mengalami kerusakan.

Gubernur Sulawesi Selatan Nurdin Abdullah menyatakan, status tanggap darurat bencana berlaku hingga 29 Januari 2019.

“Untuk status tanggap darurat akan dilakukan hingga 29 Januari, karena melihat cuaca ekstrem diprediksi hingga waktu tersebut,” kata Nurdin dalam rilisnya seusai melakukan peninjauan di lokasi terdampak bencana alam banjir bandang di Desa Sapanang, Kabupaten Jeneponto.

Menurut Nurdin, setelah status tanggap darurat bencana berakhir, pihaknya akan menggelar rapat dengan 10 kepala daerah di Sulsel yang wilayahnya terdampak banjir dan longsor, untuk membahas normalisasi.

https://regional.kompas.com/read/2019/01/26/13323641/6-fakta-bencana-di-sulawesi-selatan-akses-terputus-hingga-3000-orang

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke