Salin Artikel

Padukan Teknologi dan Tradisi, "Ngesti Pandawa" Jadi Standar Pementasan Wayang Orang

Perubahan itu salah satunya karena dalam pementasan telah mulai memadukan teknologi, desain panggung dan desain ruangan, yang bekerja sama dengan kampus Universitas Katolik Soegijapranata Semarang.

Hal itu disampaikan di sela membuka pagelaran wayang orang dengan tema 'Semar Boyong' di Gedung Ki Narto Sabdho Taman Budaya Raden Saleh (TBRS) Semarang.

"Terobosan dengan tiket online, tampilkan pagelaran futuristik, led, AC, lighting. Ini akan menjadi standar gelaran wayang orang ke depan," kata Hendrar.

Pementasan wayang orang didalangi oleh Ki Daryanto. Sebelum gelaran, ada sejumlah penari yang melalukan pementasan Tari Merak Gandrung.

Dikatakan Hendrar, seni wayang orang perlu terus dilestarikan karena telah ditetapkan menjadi warisan budaya Indonesia oleh Unesco.

Oleh karena itu, wayang orang terus bertransformasi agar bisa disesuaikan dengan zaman kekinian.

"Wayang orang ditetapkan Unesco peninggalan leluhur. Seni wayang orang dari Ngesti Pandawa perlu terobosan agar pengunjung yang datang merasa nyaman," tandasnya.

Ditambahkannya, gelaran rutin dari Ngesti Pandawa juga penting untuk kegiatan Pariwisata di Semarang. Sebagai kota yang fokus di perdagangan barang dan jasa, event kebudayaan sangat diperlukan.

"Pariwisata ini "kuenya" bisa merata. Pemilik modal melengkapi pariwisata dan infrastruktur wisata, termasuk Ngesti Pandawa ini," pungkasnya. 

https://regional.kompas.com/read/2018/12/02/10310721/padukan-teknologi-dan-tradisi-ngesti-pandawa-jadi-standar-pementasan-wayang

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke