Salin Artikel

Dapur Umum Unik, Layani Paramedis di Wilayah Gempa dan Tsunami

 PALU, KOMPAS.com - Dapur umum ini satu-satunya yang berbeda dengan dapur umum lainnya di Kota Palu.

Di sini, layanan makanannya 3 kali sehari dan tersedia minuman teh dan kopi.

Menunya juga lebih variatif dan bergizi.

"Kami melayani tenaga medis di lapangan dan di posko," kata Yosmart Tolede, relawan di dapur umum itu, Senin (8/10/2018).

Dalam sehari, Yosmart Tolede yang dibantu 10 orang lainnya memasak 50 kilogram atau 1 karung beras.

Mereka melayani 800 orang tenaga medis yang setiap hari bekerja keras melayani korban gempa bumi dan tsunami.

Yosmart bukanlah orang Palu. Ia dan 5 orang anak buahnya merupakan anggota Tim Taruna Siaga Bencana (Tagana) dari Toraja Utara. Sedangkan 5 anak buahnya berasal dari Tagana Provinsi Maluku.

Untuk bisa menembus Palu, Tim Tagana Toraja Utara harus menempuh perjalanan darat selama 30 jam.

Perjalanan yang melelahkan karena harus menghadapi medan darat yang "berantakan" akibat guncangan gempa.

Untuk mendukung layanan "makan minum" tenaga medis, sebuah mobil truk didesain menjadi dapur umum. Semua peralatan tersedia di dalamnya.

"Tidak ada masalah selama menjalankan dukungan terhadap misi kemanusiaan di Sulawesi Tengah ini, semua berjalan lancar," kata Yosmart Tolede.

Para tenaga medis sebelum turun lapangan singgah di posko yang berada di halaman Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah ini.

Mereka dilayani tim dapur umum dengan sajian menu yang lebih baik juga sapaan bersahabat dari awak dapur.

Cerita-cerita seru dan unik dari lapangan keluar di sini. Setiap tenaga medis memiliki kisah tersendiri, menyentuh rasa kemanusiaan, tragis, bahkan cerita konyol dari lapangan.

Semua akrab dalam satu semangat untuk membantu masyarakat korban gempa dan tsunami di Palu, Sigi dan Donggala.

Kopi dan teh tersaji panas, menemani kisah-kisah dari lapangan, sesekali diiringi irama musik dari Maluku yang menyenangkan.

"Sarapan enak dan kopi panas adalah awal yang indah untuk bekerja memulihkan daerah terdampak bencana," kata Yosmart Tolede.

Pukul 07.00 WITA dapur umum ini sudah siap melayani para pekerja kemanusiaan.

Sarapan pagi disajikan menu yang memberi energi lebih karena para medis ini akan memulai pekerjaannya.

Satu-persatu orang-orang berdatangan, mereka dan udara pagi yang sejuk memberi semangat untuk melahap sajian ini.

"Menunya keren, atau bisa dibilang mewah untuk kondisi yang serba darurat ini," kata Yanto, salah seorang yang turut menikmati menu dapur umum ini.

Layanan sarapan pagi tutup jam 09.00 WITA. Saat itu semua sudah di lapangan dan di posko.

"Saya yakin teman-teman paramedis bekerja maksimal. Tidak kalah dengan unsur lain yang sama-sama ingin memulihkan daerah ini," tutur Yosmart Tolede.


Usai melayani sarapan, pekerjaan dilanjutkan dengan menyiapkan makan siang.

Semua bahan makanan tersedia berlimpah, tidak ada kekurangan.

Menu makan siang harus berbeda dengan sarapan. Kondisi hawa Kota Palu yang panas serta kehadiran paramedis yang baru bertugas dari lapangan dan posko membuat menu yang disajikan harus lebih segar.

Pukul 12.00 dapur umum ini sudah buka. Saat makan siang tak perlu menunggu lama, semua berlangsung cepat.

Sebelum pukul 14.00 WITA, semua sudah menikmati hidangan para koki Tagana ini.

Untuk sajian air minum kopi dan teh dipersembahkan oleh Tagana Rajawali.

Yang unik di dapur umum ini adalah lokasinya di bawah pohon beringin besar. Udara sejuk penuh oksigen tersedia sepanjang waktu, kenyamanan ini sering membuat ngantuk orang yang datang.

"Tidak ada kendala, semuanya lancar. Air ada di sini," jelas Yosmart Tolede.

Makan malam dimulai 18.00-21.00 WITA.

Namun, kadang-kadang ada juga yang datang makan di atas jam pelayanan. Ini membuat tim dapur umum harus memperpanjang jam kerjanya.

Mereka juga menyadari tugas paramedis di lapangan yang tidak menantu. Keadaan ini yang membuat mereka juga terlambat datang untuk makan malam.

"Harus banyak sabar sambil bekerja keras untuk menormalkan kehidupan di Palu," kata Yosmart serius.

Seperti halnya koki lain, Yosmart Tolede dan 10 anak buahnya juga mengenakan topi khusus chef. Mereka juga memakai celemek.

Peralatan masak masal seperti dandang yang mampu memasak beras 25 kg dan penggorengan besar tersedia di dapur ini.

Para koki yang semua laki-laki siap menyuguhkan menu istimewa bagi para pekerja kemanusiaan.

Dapur umum ini juga menjadi tempat berkumpulnya semua paramedis dari berbagai daerah. Di sini terjadi tukar-menukar pengalaman.

Sehingga, dapur umum ini tidak hanya sekadar tempat singgah mengisi perut yang kosong, namun juga tempat pertukaran pengetahuan dan pengalaman yang menarik.

Ilmu penanganan dan pengalaman kegawatdaruratan dapat ditimba di sini.

Pertemuan paramedis di dapur umum ini tak ubahnya sebuah sekolah lapang.

https://regional.kompas.com/read/2018/10/08/19442211/dapur-umum-unik-layani-paramedis-di-wilayah-gempa-dan-tsunami

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke