Salin Artikel

5 Fakta Terbaru Gempa Lombok, Hoaks Gempa Besar hingga Bantuan Uang untuk Korban Gempa Lombok

KOMPAS.com - Isu hoaks terkait gempa masih saja muncul. BMKG pun mengimbau masyarakat, khususnya korban gempa, untuk tidak mempercayai kabar bohong yang meresahkan tersebut.

Selain masalah kabar hoaks, fakta tentang kekurangan pasokan terpal untuk tenda bagi para pengungsi mulai muncul.

Berikut sejumlah fakta-fakta terbaru tentang bencana gempa bumi di Lombok:

1. Dua ibu korban gempa berebut terpal

Dua ibu di Dusun Senaru, Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat, terlibat adu mulut untuk memperebutkan sebuah terpal sumbangan, pada hari Kamis (23/8/2018).

Terpal tersebut hendak digunakan kedua ibu itu sebagai tenda darurat di depan rumah mereka. Keduanya sama-sama menjadi korban gempa 6,4 SR tiga pekan lalu.

"Ini milik saya buat tenda, ibu yang satu lagi keras juga. Lama mereka adu mulutnya," kata Nur, salah satu warga kepada Antara.

Menurut Nur, pertikaian kedua ibu tersebut cukup lama dan di hadapan para donatur. Seperti diketahui, para korban gempa harus merogoh kocek dalam-dalam untuk membeli terpal yang harganya mencapai 1 juta rupiah.

 

2. Korban gempa terpaksa mengungsi lagi

Setelah sempat kembali ke rumah masing-masing pada hari Jumat (17/8/2018), warga Mandayin, Lombok Timur, harus kembali ke tenda pengungsian usai gempa 6,9 Skala Rochert pada hari Minggu (19/8/2018).

Dilansir dari Antara, sebagain besar warga Mandayin sudah mengungsi lagi karena trauma.

"Datang lagi gempa, sekarang warga dusun sebelah juga sudah mengungsi ke posko Mandayin," kata Hafsal, salah satu warga Mandayin.

 

3. Jalur pendakian di Rinjani longsor pasca gempa

Kepala Balai Taman Nasional Gunung Rinjani, Sudiono, mengatakan, jalur pendakian Gunung Rinjani masih ditutup untuk waktu yang belum bisa ditentukan.

Hal ini karena gempa bumi masih kerap mengguncang pulau Lombok yang mengakibatkan longsor di lereng Gunung Rinjani.

"Saya kira lebih meyakinkan kita ke depan, penutupannya bisa lebih lama lagi," kata Sudiono saat dihubungi Kompas.com, Minggu (19/8/2018).

Topografi Rinjani yang bergunung-gunung dan struktur tanah yang terdiri dari pasir, batu dan krikil mengakibatkan kawasan ini mudah sekali terkena longsor karena ikatannya tidak kuat.

"Tidak aman untuk pendakian. Sangat berisiko. Kami tunggu sampai stabil sampai menunggu kajian," ungkap Sudiono.

 

4. Jangan percaya informasi hoaks terkait gempa 

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika ( BMKG) meminta masyarakat di Nusa Tenggara Barat ( NTB) untuk mempercayai informasi di media sosial tentang gempa di hari Minggu (26/8/2018).

"Sampai saat ini belum ada negara dengan tekhnologi apapun di dunia yang mampu memprediksi kapan, dimana dan berapa kekuatan gempa bumi yang akan terjadi secara tepat hari dan tanggalnya," ungkap Kepala Stasiun Geofisika Mataram Agus Riyanto dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Rabu (22/8/2018)

BMKG menjelaskan, setiap hari gempa bumi selalu terjadi di seluruh belahan dunia. Namun tidak semua gempa bumi dirasakan. "Tidak semua gempa bumi besar terjadi pada tanggal 26 dan hari Minggu," tulis Agus

Masyarakat diharapkan mengikuti perkembangan terkini di BMKG melalui web resmi BMKG, yaitu www. bmkg.go.id aplikasi infoBMKG dan media sosial BMKG.

 

5. Bantuan pemerintah berupa uang untuk rekonstruksi pasca gempa

Wakil Presiden RI Jusuf Kalla menegaskan bahwa pemerintah tidak memberikan bantuan berupa bahan material, seperti semen dan paku, untuk korban terdampak gempa di Lombok, Nusa Tenggara Barat, yang kehilangan tempat tinggalnya.

"Rakyat Indonesia sama saja, semua harus dibantu karena itu apa yang bisa dibantu ya dibantu, dibantu dana kemudian dibimbing dan diarahkan. Kami tidak bantu rumah tapi kami bantu dengan uang, dengan cara yang berbeda," ungkapnya dalam kunjungan ke Lombok, Selasa (21/8/2018).

 

Sumber: KOMPAS.com (Karnia Septia, Devina Halim), Antara

https://regional.kompas.com/read/2018/08/23/09491371/5-fakta-terbaru-gempa-lombok-hoaks-gempa-besar-hingga-bantuan-uang-untuk

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke