Salin Artikel

Warga di NTB Berharap Gempa Mereda...

“Kami sudah kembali ke rumah, beres-beres, yakin situasi sudah tenang, tetapi kok tiba-tiba gempa besar kembali terjadi di Minggu siang. Kami langsung tak berpikir panjang kembali ke Lapangan Rembiga ini,” kata Muhammad Shaleh, warga Ampenan, Kota Mataram, kepada Kompas.com, Minggu.

Shaleh dan 7 anggota keluarganya memutuskan mendirikan tenda kembali di lapangan Rembiga, yang bersebelahan dengan Markas Angkatan Udara di Mataram.

Selain keamanan terjaga, bantuan nasi bungkus kerap mereka dapatkan karena ada dapur umum bagi para pengungsi di Markas Angkatan Udara.

Yang dikhawatirkan Shaleh adalah anak balitanya sakit, karena udara malam yang dingin dan siang hari yang panas di bawah tenda terpal buatannya.

“Ya, mau bagaimana lagi, namanya juga kita takut di rumah, tembok rumah saya sebagian retak-retak, dan setelah gempa Minggu malam kemarin saya tidak tahu lagi," katanya.

Meskipun telah tiga pekan mereka meninggalkan rumah dan tinggal di tenda-tenda pengungsian, bantuan yang sampai ke mereka kurang maksimal. Sebab, bantuan terfokus ke Lombok Utara, Lombok Timur dan Lombok Barat.

“Tapi sudah ada lah bantuan dari pemerintah kota, kami dapat mi instan 3 bungkus dan tiga gelas air mineral, ya mau dibilang cukup ya cukup, mau dibilang kurang ya kurang,” kata Shaleh.

Nazamuddin, Kepala Lingkungan Karang Jangkong, Kota Mataram, juga mengakui bahwa bantuan yang masuk ke lingkungannya sudah datang sejak hari pertama mereka mengungsi. Hanya saja karena harus dibagi rata, jadi bantuan mi instan untuk per kepala keluarga tidaklah banyak, hanya 3 hingga 5 bungkus saja dan dua butir telur serta air mineral.

Sahni, yang juga mengungsi karena gempa, mengakui telah meberima bantuan, tetapi tidak seberapa.

"Ya, ada bantuan tapi tak seberapa, kami butuh terpal dan selimut, tapi mungkin itu sudah dibawa ke Lombok Utara yang parah ya, kami hanya andalkan relawan," katanya.

Hingga kini, masyarakat masih belum berani kembali ke rumah mereka, karena gempa kembali menguncang.

Belajar memahami gempa

Selasa ini, lapangan lapangan di Kota Mataram dipenuhi tenda-tenda pengungsian dan terpal seadanya. Namun ada juga keluarga mampu yang juga turut mengungsi di lapangan Rembiga, mereka mengunakan mobil sebagai tiang untuk terpal agar anak-anak mereka aman.

H Abdurrahim, warga Montong, misalnya. Dia mengaku kembali mengungsi dari rumahnya karena lebih mengutamakan keselamatan diri dan keluarganya.

“Padahal kita sudah tenang kemarin, jadian lagi, tapi anak0anak harus dilatih memahami gempa ini agar mereka tidak trauma," katanya.

Warga menilai, gempa yang terjadi tahun ini sangat berbeda dengan peristiwa serupa sebelumnya.

“Ini terjadi berkali-kali, seperti teror, dan sepengetahuan kami, jika gempa terjadi, gempa susulannya harusnya makin mengecil tapi kok gempa sekarang ini beda," kata Abdurrahman.

Warga berharap gempa segera mereda dan berlalu. Harapan ini selalu didengungkan oleh pengungsi yang ada di halaman masjid Habbul Wathan Islamic Center, Kota Mataram.

Zaelani, salah seorang pengungsi terpaksa membawa bayinya yang baru berusia seminggu di tenda pengungsian, karena rumah yang dikontraknya retak dan rentan roboh.

“Saya terpaksa bawa bayi saya dan istri saya yang baru melahirkan ke tenda pengungsian, karena masih khawatir," katanya.

Zaelani adalah satu dari ratusan pengungsi di halaman Islamic Center Kota Mataram. Dia menuturkan, awalnya sama sekali tidak tahu bahwa istri dan dua anaknya mengungsi.

“Saya cari, karena selama sepekan penuh saya sopirin tim wartawan tv nasional ke lokasi bencana gempa yang parah. Saya kan bekerja di travel, nah begitu balik, tahu-tahu keluarga saya nggak ada di kos. Mereka mengungsi di sini di halaman Islamic Center, sedih sekali saya,” katanya.

Korban jiwa bertambah

Gempa pada 19 Agustus kemarin meluas hingga ke Pulau Sumbawa. Rumah yang rusak makin banyak. Korban meninggal dunia juga bertambah. Berikut data korban meninggal yang dirilis SAR Mataram.

1. Nur Aisah (P) usia 36 tahun, alamat Desa Langam, Kec. Lopok, Kab. Sumbawa

2. Sri Rahayu (P) usia 42 tahun, alamat Desa Seteluk, Kec. Taliwang, Kab. Sumbawa Barat

3. Hj. Nursiah alias Hj. Bulang (P) usia 80 thn, alamat Desa Labuhan Mapin, Kec. Alas Barat, Kab. Sumbawa

4. Hamdi Kurniawan (L) usia 8 tahun, alamat Desa Labuhan Mapin, Kec. Alas Barat, Kab. Sumbawa

5. Subaya (L) usia 79 tahun, alamat Dusun Kebunyit, Desa Langam, Kec. Lopok, Kab. Sumbawa

6. Supiana (P) usia 35 tahun, alamat Dusun Kampung Turingan, Desa Labuhan Lombok, Kec. Pringgabaya, Kab. Lombok Timur

7. Rohanun (P) usia 35 tahun, alamat Dusun Koloh Sepang, Desa Dara Kunci, Kec. Sambelia, Kab. Lombok Timur

8. Inaq Cum (P) usia 65 tahun, alamat Dusun Santong, Desa Santong, Kec. Terara, Kab. Lombok Timur

9. Muhir alias Amaq Nurul (L) usia 65 tahun, alamat Dusun Pungkang, Desa Banjarsari, Kec. Labuhan Haji, Kab. Lombok Timur

10. Inaq Nurmin (P) usia 60 thn, alamat Desa Gunung Malang, Kec. Pringgabaya, Kab. Lombok Timur

11. Asgar (L) usia 20 thn, alamat dusun Kampung Turingan, Desa Labuan Lombok, Kec. Pringgabaya, Kab. Lombok Timur

12. Inaq Ipul (P) alamat lingkungan Dasan Baru, Kelurahan Sasake, Kec. Praya Tengah, Kab. Lombok Tengah

13. Inah Subalah (P) usia 70 tahun, alamat Desa Dalam, Kec. Alas, Kab. Sumbawa

Juru bicara SAR Mataram, I Gusti Lanang mengatakan, Tim Rescue terus melakukan pemantauan dan koordinasi kondisi pasca-bencana gempa bumi Lombok Utara, Lombok Timur, Lombok Tengah, Lombok Barat, Kota Mataram dan Sumbawa.

“Ini kita lakukan untuk memastikan tidak ada lagi korban jiwa yang terjebak di reruntuhan atau longsoran, gerak cepat harus dilakukan untuk meminimalisasi jumlah korban meninggal," kata Lanang.

Berdasarkan catatan sementara, jumlah korban meninggal akibat gempa hingga hari ini sebanyak 514 orang. Lebih dari 700.000 jiwa terpaksa mengungsi.

https://regional.kompas.com/read/2018/08/21/10562751/warga-di-ntb-berharap-gempa-mereda

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke