Salin Artikel

Warga Bandung Masih Ragu Beli Daging Ayam Beku

Evi (35), warga Gedebage mengaku tak berminat membeli daging ayam beku lantaran kualitasnya yang jauh dari ayam potong segar.

"Saya pernah beli, tapi dagingnya cepat bau," kata Evi saat ditemui di Jalan Wastukancana, Selasa (5/6/2018).

Tiah (58), warga Astana Anyar juga punya keraguan serupa. Menurut dia, tekstur daging ayam beku relatif lebih lembek.

"Kalau delapan jam sejak diangkat dari freezer tak diolah, dagingnya cepat busuk," ungkap Tiah.

Kepala PD Pasar Kota Bandung Ervan Maksum mengakui, minat masyarakat terhadap daging beku belum tumbuh.

Dalam program daging ayam beku murah, kata Ervan, antusiasme warga cukup tinggi karena harganya yang murah, bukan percaya dengan kualitasnya.

"Kalau minat sejauh ini waktu di-launching banyak yang beli. Tapi beli karena harga, bukan karena tumbuhnya kepercayaan terhadap daging beku," tuturnya.

Ervan menjelaskan, tahun ini Pemkot Bandung memang kian gencar melakukan promosi guna meningkatkan konsumsi warga terhadap daging beku.

"Kita kan kerja sama jangka panjang (dengan pemasok ayam beku). Ini (program daging ayam beku) bagian kita promosi agar warga memilih ayam beku," ujarnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Pangan dan Pertanian Kota Bandung, Eli Wasliah tak menyangkal kebiasaan mengonsumsi daging beku belum tumbuh di Kota Bandung. Sementara konsumsi daging ayam warga Bandung mencapai 300.000 ekor per hari.

"Warga Bandung tak dipungkiri lebih mencari daging dari rumah potong. Padahal di negara maju, SOP penjualan daging itu harus sudah beku," kata Eli.

Dia menduga, masyarakat masih salah dalam mengasumsikan daging beku. Daging beku masih dinilai sebagai daging lama yang dibekukan. Padahal, kata Eli, daging ayam beku di Bandung merupakan ayam yang baru dipotong serta dibekukan dalam suhu minimal -10 derajat selsius.

"Padahal standar higienitas pangan kalau ayam di bekukan di suhu -20 derajat kuat setahun (dalam freezer). Dari aspek kesehatan itu lebih sehat. Budaya itu yang sulit memasarkan daging ayam beku di pasar tradisional. Kedua, ada proses pencairan daging. Itu dua hal mengapa daging beku kurang disukai," jelasnya.

https://regional.kompas.com/read/2018/06/05/13440751/warga-bandung-masih-ragu-beli-daging-ayam-beku

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke