Salin Artikel

Cita-cita Pasangan Lansia yang Anaknya "Down Syndrome" dengan Rumah Barunya

Kebun sayur itu akan dibangun setelah rumahnya terbangun nanti. Isinya bisa lombok, bayam, hingga kacang-kacangan. Mereka ingin memetik sayur itu tiap kali ingin menjadikannya masakan, atau bisa dijual bila memungkinkan.

Bertahun-tahun lamanya, keduanya memanfaatkan belasan pohon pepaya dan jantung pisang sebagai sayur mayur. Bila jumlah daun pepaya itu cukup banyak maka mereka akan mengumpulkannya lantas dijual ke warung-warung.

Begitu pula dengan daun maupun pohon-pohon lain di ladang mereka selama ini, misal daun pisang yang bisa dijual, atau buah dari belasan pohon kelapa. Semua bisa dijual untuk menambah penghasilan.

Kamilah memastikan, semua itu dilakukan demi memenuhi kebutuhan uang sehari-hari mereka.

Menurut Kamilah, mereka tidak memiliki pengalaman apa-apa kecuali bertani. Keduanya mengakui tidak mengenyam pendidikan tinggi.

Hernowo dan Kamilah hanya tamatan SD. Kamilah melewati masa muda sebagai kuli angkat batu. Hernowo pernah jadi tukang cuci piring di sebuah warung makan.

Itulah mengapa, sambung Kamilah, mereka memilih bertani dan memelihara ternak saja ketika hidup di rumah yang baru nanti. “Kene wong tani (kami ini orang tani),” kata Kamilah.

Selama ini, mereka hidup di rumah besar ukuran 12 meter persegi. Rumah itu merupakan peninggalan orang tua Hernowo. Meski ukurannya besar, tapi rumah itu memprihatinkan. Dindingnya dari kayu maupun anyaman bambu yang terpasang tidak utuh. Banyak celah di dinding itu. Kayu pun terlihat sudah mulai lapuk.

Alas rumah masih berupa lantai tanah. Rumah berisi barang-barang lawas yang telah usang juga lapuk.

Hernowo dan Kamilah hidup bersama di rumah itu sejak mereka menikah 21 tahun lalu. Mereka dikaruniai hanya seorang anak, Wahyu Heri Setiawan (13). Anak ini menderita down syndrome.

Hernowo dan Kamilah hidup serba sulit. Hernowo mencari kayu bakar dan rumput  untuk kambing peliharaan.

Mereka berharap banyak dari kambing yang ada, yakni ketika lahir kambing jantan maka kambing itu bisa dijual dengan harga yang lumayan tinggi.

Kamilah mengurus rumah, mengangkat air, dan kadang juga ikut cari rumput untuk kambing.

Dalam kesulitan itu, mereka tetap menyekolahkan Wahyu ke SLB Negeri 1 Gotakan di Kecamatan Panjatan. Jaraknya sekitar 11 kilometer. Mereka mengantar Wahyu dengan sepeda setiap hari.

Upaya mereka menunjukkan hasil. Wahyu banyak perubahan dan sedikit demi sedikit mulai bisa mengikuti arahan.

Kehidupan mereka menginspirasi. Banyak orang menaruh rasa simpati lantas memberi dukungan berupa dana. Terkumpul sekitar Rp 210 juta untuk keluarga Hernowo ini.

Sebagian uang itu kini digunakan untuk membangun rumah dan tempat tinggal yang baru dan lebih layak bagi mereka.

Kamilah mengaku sangat senang bila mendapat rumah baru nanti. Ia sudah berangan-angan hendak melakukan apa saja setelah tinggal di rumah baru nanti.

Utamanya adalah, ia akan memakai lahan yang tersisa untuk menanam palawija agar bisa dimanfaatkan sendiri maupun hasil lebihnya dijual suatu saat nanti.

“Paling nandur (menanam) kacang tanah, kacang panjang. Tani,” kata Kamilah.

https://regional.kompas.com/read/2018/04/19/21254121/cita-cita-pasangan-lansia-yang-anaknya-down-syndrome-dengan-rumah-barunya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke