Salin Artikel

Siswa SD Ini Bertaruh Nyawa Seberangi Sungai dengan Ban demi Sekolah

Jembatan penghubung yang biasa digunakan masyarakat untuk beraktivitas sehari-hari antara Desa Sriharjo dan Selopamioro putus akibat banjir.

Ada dua cara yang bisa dilakukan, yakni dengan memutar dengan jarak lebih dari 10 kilometeratau nekat menyeberangi Sungai Oya untuk sampai tujuan.

Sumardi (35), misalnya, salah satu warga Dusun Kedungjati ini membantu anaknya, Fikri (7) dan tiga teman Fikri, yakni Devan (8) dan Amelia (8), menyeberang sungai demi menuju SDN Kedungmiri, Sriharjo, Imogiri.

Berbekal sebuah ban dalam bus atau truk, tiga pelajar ini satu persatu naik ke ban yang sudah dipegang Sumardi untuk melintasi sungai. Para pelajar duduk di pinggir ban dengan saling berhadapan.

Pelan-pelan, Sumardi bersama tiga siswa SD itu menyeberangi sungai terpanjang di Yogyakarta itu. Ia harus mencari celah bebatuan di aliran sungai agar tidak terbawa arus.

Sesampainya di pinggir sungai, mereka satu persatu melompat sesuai instruksi Sumardi. Ketiga pelajar ini berjalan menyusuri jalan desa menuju salah satu rumah warga setempat untuk mengambil sepeda yang sengaja dititipkan. Sebab, jarak sekolah mereka masih sekitar 3 kilometer.

"Jembatan gantung putus sejak bencana banjir November kemarin, sehingga kami terpaksa nekat menyebrangi sungai menggunakan ban. Jika memutar bisa tetapi jaraknya sekitar 10 kilometer," kata Sumardi seusai menyeberangkan para siswa, Kamis (8/2/2018).

Sebenarnya Sumardi dan warga lainnya secara swadaya membuat rakit, namun lokasinya terlalu jauh, sehingga ia memilih menggunakan ban sejak dua bulan terakhir.

Sumardi pernah menyarankan anaknya agar pindah sekolah, namun Fikri menolak karena terlanjur sudah nyaman di sekolah tersebut. Sebagai orangtua, Sumardi pun menuruti keinginan anaknya asal tetap bisa belajar dengan nyaman.

"Anak-anak bilang Pak aku tidak mau pindah sekolah, orangtuanya yang mengalah, satu-satunya jalan ya menyeberang ini," tuturnya.

Setiap hari, lanjut dia, Sumardi bergantian dengan tetangganya menyeberangkan anak-anaknya.

Fikri, siswa kelas 2 SD ini mengaku setiap hari diantarkan bapaknya menyeberang sungai. Dia tidak takut terbawa arus karena sudah terbiasa. "Sudah biasa, sejak hampir dua bulan ya," katanya.

https://regional.kompas.com/read/2018/02/08/16241181/siswa-sd-ini-bertaruh-nyawa-seberangi-sungai-dengan-ban-demi-sekolah

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke