Salin Artikel

Fenomena Tanah Retak Resahkan Warga Lereng Pegunungan Menoreh

Tugiran, warga Dusun Selorejo, Desa Ngargoretno, Kecamatan Salaman, menuturkan, retakan tanah terlihat jelas sejak sepekan terakhir. Dia menyebutkan, semula panjang retakan itu 1-2 sentimeter, kini mencapai 10 sentimeter dengan panjang bervariasi sekitar 100 meter.

Selain retak, tanah di sekitar rumahnya sudah ambles sedalam sekitar 15 sentimeter akibat fenomena ini.

"Tiang dapur selama sebulan terakhir sudah ambles sekitar tujuh kali. Saya angkat lagi dan saya ganjal tiangnya sampai tujuh kali. Terasa banget retakan tanahnya," ungkap Tugiran, Kamis (1/2/2018).

Tugiran terpaksa membongkar kandang kayu miliknya karena sudah miring akibat tanah di bawahnya ambles. Sejak dua hari ini, dirinya dibantu para tetangga juga berinisiatif membongkar sebagian rumahnya karena khawatir akan roboh jika terjadi pergerakan tanah.

Menurut dia, kondisi ini sangat mengkhawatirkan jika hujan akan memicu bencana tanah longsor. Karena kondisi ini pula, dia mengungsikan istri dan dua anaknya ke rumah kerabat yang letaknya tidak rawan bencana.

"Selama ini kalau hujan, kami buka pintu lebar-lebar. Jadi kalau ada bahaya, kami bisa mudah melarikan diri," kisah Tugiran.

Langkah mengantisipasi retakan

Fenomena tanah retak juga mengancam bangunan sekolah MA Al-Iman Desa Margoyoso, Kecamatan Salaman. Beberapa dinding ruang kelas, ruang guru, teras, dan dinding pagar sekolah sudah terlihat retakan itu.

Kepala Tata Usaha Yayasan Perguruan Al Iman, Muttaqin, menyebutkan, panjang retakan mencapai 10 meter dengan lebar berkisar 1-5 cm. Bahkan, retakan sempat menyebabkan paralon air pecah.

Fenomena ini sudah terlihat sejak setahun belakangan. Semakin hari retakan itu semakin terlihat. Kondisi ini dinilai sangat mengkhawatirkan, apalagi bangunan sekolah sudah tergolong tua karena dibangun pada 1985 silam.

"Ada beberapa dampak yang muncul, seperti lantai mengalami retak dan sudut pagar pembatas mengalami lepas. Di salah satu sudut sekolah, lantai juga terlihat ambles. Sudah ditambal, tapi tanah terus retak," ungkap Muttaqin.

Bangunan MA Al-Iman terdiri dari 11 ruang kelas dengan total jumlah siswa mencapai 154 orang. Pihaknya memberi perhatian dari pemerintah agar kegiatan belajar mengajar para siswa dan guru tidak terganggu.

Kepala Dusun Selorejo, Desa Ngargoretno, Samsudin, menjelaskan, pihaknya telah melaporkan peristiwa ini kepada Pemerintah Kabupaten Magelang. Dia berharap segera ada langkah antisipatif sebelum bencana terjadi.

Di wilayahnya, warga sudah berinisiatif memasang alat pendeteksi pergerakan tanah yang sederhana. Alat itu terbuat dari kayu yang dirangkai sedemikian rupa yang diletakkan di titik-titik rawan.

https://regional.kompas.com/read/2018/02/02/06555211/fenomena-tanah-retak-resahkan-warga-lereng-pegunungan-menoreh

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke