Salin Artikel

Kisah Mugiyanto Hanyut Terseret Banjir Setelah Jadi Imam di Masjid

Luapan air membuat tanggul saluran air di RT 2 RW 8 Kasiran longsor hingga menjebol rumah warga yang berada di bawahnya.

Salah satu tembok rumah permanen milik Mugiyanto (65), warga RT 2 RW 8, jebol hingga air bercampur material talut masuk dan menghanyutkan seisi rumah.

Tragisnya, Mugiyanto tak sempat meloloskan dari dari terjangan arus itu. Dia ikut hanyut terbawa air luapan yang bermuara di Sungai Serayu.

Dedek, Ketua RT 2 RW 8 Kasiran Mlipak Wonosobo, mengatakan, tiga rumah yang berhimpitan terdampak pada bencana banjir ini. Tiga rumah itu dihuni oleh 14 orang.

Rumah Mugi berada persis di bawah tanggul yang jebol sehingga dampaknya paling parah.

Air di saluran selebar dua meter di tengah perkampungan kala itu sedang meluap. Talut saluran yang posisinya lebih tinggi dari rumah Mugi mulai terkikis. Air luapan masuk ke dalam rumah hingga setinggi betis.

Ahmad, seorang warga setempat, meneriaki orang-orang yang masih terjebak di dalam rumah. Dia menarik tubuh putra-putri Mugi, Ayu (17) dan Slamet (23), dari dalam rumah agar cepat keluar.

Luapan terus meninggi sementara retakan tanggul semakin meluas. Petaka lebih besar diyakininya akan datang.

Sementara itu, Mugiyanto masih terjebak di dalam rumah. Kakek itu hendak mengambil cangkul untuk memperbaiki saluran belakang rumah, sehingga aliran luapan beralih dan tak menghantam rumah.

Ahmad menyeru agar Mugi lekas keluar. Ahmad masih teringat ucapan terakhir Mugiyanto saat dimintanya segera keluar.

"Saya panggil untuk keluar, dia jawab nun (ya). Panggilan ketiga sudah tidak dijawab saat tanggul longsor dan menjebol rumah," katanya, Rabu (29/11/2017).

Tanggul yang hanya berjarak sekitar 2 meter dari dinding rumah Mugi itu akhirnya benar-benar ambrol selebar sekitar 4 meter.

Arus air bercampur material talut lalu menjebol sebagian tembok rumah Mugi. Dinding permanen sisi samping hingga belakang rumah jebol sepanjang sekitar 8 meter.

Tembok kamar dalam rumah pun jebol diterjang arus yang menghanyutkan seisi rumah. Panggilan Ahmad ke Mugi sudah tak lagi terjawab. Wujud orang tua itu tak terlihat di antara puing rumah yang hanyut. Tubuhnya yang renta hilang entah kemana.

"Padahal sebelum kejadian itu dia masih sempat mengimami shalat jamaah di masjid," katanya.

Pada Rabu, banjir telah surut. Aliran saluran kembali normal. Rumah Mugi telah dibersihkan dari material longsor dan puing rumah. Namun tubuh Mugi tak ditemukan di lokasi kejadian.

Pukul 10.30 WIB, jasad Mugi ditemukan tersangkut bangkai pohon kelapa yang terbawa arus Sungai Serayu di bawah jembatan gantung Selokromo Leksono Wonosobo atau 10 kilometer dari tempat kejadian.

Ahmad mengatakan, jebolnya tanggul di sisi rumah Mugi diawali air saluran yang meluap saat hujan lebat. Badan jembatan saluran di sisi rumah Mugi dibangun terlalu rendah sehingga menghambat laju air.

Air yang tak berhasil lolos karena menghantam jembatan akhirnya memutar balik, dan menggerus talut hingga longsor dan membanjiri rumah Mugi.

"Jembatan itu terlalu rendah sehingga air tak bisa lolos kalau sedang meluap. Kami berharap jembatan itu dihancurkan dan dibangun lagi yang lebih tinggi, sehingga tidak kejadian lagi," katanya.

Anggota tim SAR Gabungan Wisnu Huda Wardana mengungkapkan, korban awalnya ditemukan tersangkut di bangkai pohon kelapa yang hanyut ke sungai, sebelum jembatan gantung.

Kondisi sungai yang berjeram dan arus deras sempat menghambat proses evakuasi. Evakuasi pertama pun sempat gagal. Jasad Mugi sempat lepas dan hanyut kembali terbawa arus.

"Kondisi arus deras dan berjeram sehingga susah evakuasi. Kalau dipaksakan, jasad bisa rusak," katanya, Rabu.

Tim kemudian mengejar korban yang hanyut hingga sejauh 200 meter. Sampai air di bawah jembatan gantung Selokromo, tim baru bisa memindahkan jasad korban.

Menurut Wisnu, kondisi jasad korban masih utuh dan hanya mengalami sedikit lecet karena benturan benda keras. Jasad korban lantas dibawa ke RSUD Wonosobo sebelum dikembalikan ke pihak keluarga.

Berita ini telah tayang di Tribunnews.com, Kamis (30/11/2017), dengan judul: Mugiyanto Sempat Mengimami Salat di Masjid Sebelum Tubuhnya Hanyut Terbawa Arus Banjir

https://regional.kompas.com/read/2017/11/30/15182831/kisah-mugiyanto-hanyut-terseret-banjir-setelah-jadi-imam-di-masjid

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke