Salin Artikel

Mengadu Nasib di Serambi Tetangga

Jumat senja itu, Desa Serikin lebih ramai dari biasanya. Desa di Bau, Sarawak, Malaysia yang berbatasan dengan Desa Jagoi, Kecamatan Jagoi Babang, Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat itu, dibanjiri ratusan manusia.

Ojek motor dan mobil hilir mudik membawa pedagang Indonesia dan barang dagangannya masuk ke Serikin untuk diperdagangkan pada akhir pekan.

Maklum, Sabtu dan Minggu adalah hari pasar di sini. Di Serikin, sebuah desa kecil disulap menjadi pasar saban akhir pekan tiba.

Senja hari beberapa pengunjung dari Kuching sengaja datang untuk sekadar makan bakso di warung Indonesia.  

Di antara pengunjung ada dua penyanyi pub asal Indonesia yang sudah beberapa tahun bekerja di Serawak, dengan gaji RM 1.000 per bulan atau sekitar Rp 3,1 juta.

Penyanyi pub dan karaoke di sini umumnya mengaku berasal dari Bandung, Jawa Barat. Mereka cukup mudah dikenali karena menggunakan pakaian yang terlihat seksi dan make up yang menyolok mata, beda dengan kebanyakan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang terlihat lugu dan berpakaian sederhana.

Sebut saja Euis (30) dan Ajeng (28) bukan nama sebenarnya. Keduanya mengaku bekerja sebagai penyelia tamu pada salah satu karaoke di Kota Bau.  

Pada akhir pekan seperti ini mereka kerap datang ke Serikin untuk menghibur para pengunjung pasar dengan harapan meraup lebih banyak lembaran ringgit.

Malam kian merayap. Hentakan irama musik dari bilik sederhana yang disulap menjadi warung terus menghentak. Para pedagang yang mulai berdatangan sejak pagi nampaknya telah beristirahat di kamar sewa masing-masing.

Ada sejumlah pedagang laki-laki masih terlihat duduk di warung sembari bercengkrama, makan dan minum kopi sambil menikmati goyangan biduan asal Indonesia yang lumayan syur itu.

Kebanyakan pedagang tidur di kamar sewa setelah makan malam dengan bekal yang dibawa dari Indonesia. Mereka perlu istirahat setelah perjalanan yang cukup jauh.

Yang paling jauh adalah para pedagang asal Kota Pontianak. Mereka menempuh jarak sekitar sekitar 120 km.

Mereka datang mengendarai motor sendiri atau naik kendaraan umum, disambung ojek motor dari Jagoi Babang. Besok hari mereka harus melayani pengunjung Pasar Serikin.

Kamar sewa

Bagi pengunjung dadakan yang ingin bermalam di Serikin, bersiaplah untuk tidur di mobil, lapak atau alam terbuka, karena tidak mendapatkan kamar sewa.

Meskipun hampir semua rumah penduduk di Serikin memiliki kamar untuk disewakan dengan harga bervariasi dari RM 20 - RM 50 per minggu tergantung ukuran kamar, namun kebanyakan telah disewa oleh para pedagang asal Indonesia.

Walau pedagang hanya datang setiap Jumat pagi dan pulang Minggu petang, mereka tetap perlu menyewa kamar secara mingguan yang terus diperpanjang. Selain untuk beristirahat, kamar juga berfungsi sebagai tempat menyimpan barang dagangan.

Barang dagangan akan dikeluarkan dari kamar dan ditata di lapak pada Jumat malam atau Sabtu subuh sebelum pengunjung datang sekitar pukul 7 pagi.

Lain lagi penjual sayur eceran yang semuanya perempuan. Mereka berdagang mulai Kamis sampai Minggu siang atau malam.

Lapak mereka berada di depan pondok kecil ukuran 1,5 x 1,5 meter tempat mereka beristirahat. Harga sewa pondok itu RM 70 per minggu.

Pelanggan ibu-ibu pengecer sayur adalah penduduk sekitar Serikin atau paling jauh dari Kuching yang jaraknya sekitar 80 kilometer dari Serikin.

Mereka biasanya datang belanja lebih awal, Kamis petang atau Jumat pagi. Mereka berharap mendapatkan sayuran segar.  

Ibu-ibu ini terpaksa sering menumpang mandi ke warga sekitar yang telah dikenal dekat. Persediaan air di toilet umum tak selalu mencukupi.


Sesekali, terutama menjelang hari raya, banyak pedagang Indonesia yang pergi ke Kota Bau untuk berbelanja, baik Jumat atau Sabtu malam.

Penduduk Serikin yang umumnya memiliki mobil menawarkan jasa pengangkutan ke Bau. Walau bukan kota besar, Bau memiliki fasilitas cukup lengkap termasuk food court yang di antaranya mempekerjakan orang Indonesia.

Pedagang Indonesia umumnya membeli gula, minyak goreng, minuman ringan, dan berbagai kue kering buatan Malaysia dalam jumlah yang cukup banyak untuk keperluan hari raya.

Sedangkan pada hari-hari biasa, pedagang cukup membeli produk-produk tersebut di toko-toko warga Malaysia yang ada di Serikin.

Malam gelap

Setiap orang yang keluar masuk Serikin dari arah Malaysia, termasuk mereka yang hendak ke Bau dari Serikin, harus melewati pos imigrasi, sekitar lima kilometer dari Pasar Serikin.

Pengecekan secara acak kendaraan (hampir semuanya kendaraan Malaysia) dilakukan oleh pihak imigrasi ketika pergi dan pulang dari Serikin.

Pulang dari Serikin yang akan dicek terutama adalah apakah ada barang terlarang di dalam mobil seperti rokok, telur penyu dan batik sarung cap Ayu dan Doa Ibu yang katanya adalah batik mutu tinggi.

Menurut peraturan, barang yang masuk melalui Pos Lintas batas (PLB) Serikin adalah tidak resmi. Barang itu hanya boleh diperdagangkan oleh penduduk yang tinggal di kecamatan perbatasan.

Suasana pasar Serikin pada malam hari agak gelap. Cahaya penerang jalan lebih banyak datang dari lampu warung makan yang buka dan rumah-rumah penduduk. Lampu penerang jalan di sana tidak banyak. Jarak antarlampu jalan berjauhan.

Malam sudah larut. Suasana Serikin gelap gulita. Lampu-lampu warung telah padam. Hentakan suara musik kini berganti sepi. Pedagang sudah tertidur lelap untuk menyongsong esok hari yang penuh harapan.

Barangkali sebelum tidur tadi, mereka menyempatkan diri untuk berdoa semoga industri pariwisata Malaysia terus maju dan berkembang. Sebab, dari sanalah rejeki mereka mengalir dan nafas hidup meraka tersambung.

Nasib warga perbatasan memang sangat tergantung pada geliat ekonomi di pasar Serikin ini. Ketika negara tidak mampu menjamin kesejahteraan warga negaranya, maka mereka terpaksa berjuang di negeri orang.

Ibarat pepatah “tak ada rotan akar pun jadi” apa boleh buat, tak bisa makan di negeri sendiri, ke serambi tetangga pun rejeki boleh dicari.

https://regional.kompas.com/read/2017/08/28/06070031/mengadu-nasib-di-serambi-tetangga

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke