Salin Artikel

Bencana Pergerakan Tanah di Sukabumi Termasuk Tipe Rayapan

"Tipe rayapan ini pergerakannya memang lambat, tapi bisa merusak kontruksi bangunan," kata Sumaryono kepada wartawan seusai menghadiri rapat koordinasi BPBD Kabupaten Sukabumi di Hotel Selabintana, Selasa (25/7/2017).

"Tipe rayapan ini bisa berulang. Apalagi jika terjadi curah hujan intensitas sama dengan sebelumnya atau bahkan intensitas tinggi, bisa berulang," jelasnya.

Dia juga menjelaskan, lokasi bencana pergerakan tanah di Desa Nagrakjaya ini masuk ke zona kuning dan merah. Tapi bukan berarti zona kuning itu tidak bisa ditinggali. Yang penting tinggal bagaimana teknisnya.

"Adopsi tata ruangnya di zona kuning harus diperbaiki, seperti drainasenya. Sedangkan di zona merah bisa dijadikan daerah resapan, dan dihutankan," jelas dia.

Menurut Sumaryono, memindahkan atau merelokasi korban bencana itu memang bukan hal yang mudah. Makanya harus dicari solusi dengan cara menata kelola kawasan tempat tinggal lebih baik lagi.

"Kita sepakati upayakan living harmony dengan alam. Artinya rumahnya panggung, drainase diperbaiki sebaik-baiknya agar longsoran tidak berkembang lebih cepat lagi," ujar alumni Fakultas Geologi UGM itu.

Terkait Gunung Sapu yang diduga sebagai pemicu bencana gerakan tanah, Sumaryono menjelaskan di kawasan itu terdapat dua patahan normal. Patahan masa lalu dengan dua tebing bisa runtuh terus bila hujan deras.

"Di puncaknya sudah banyak retakan, karena daerah patahan otomatis secara geologi sudah lemah," ujarnya.

Namun, patahan yang ada di Gunung Sapu termasuk patahan minor yang hanya terdapat di lokasi tersebut. Tidak menyambung dengan patahan Cimandiri yang memanjang.

https://regional.kompas.com/read/2017/07/26/11500711/bencana-pergerakan-tanah-di-sukabumi-termasuk-tipe-rayapan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke