Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Taman Baca, Cara Kartono Bangun Mimpi Anak-anak di Eks Lokalisasi

Kompas.com - 19/05/2017, 07:49 WIB
Kontributor Banyuwangi, Ira Rachmawati

Penulis

Saat isu penutupan lokalisasi Jarak Dolly bergulir, Kartono pun semakin dimusuhi oleh banyak pihak baik yang pro dan kontra. Namun, dia tetap bertahan dengan taman baca yang dirikannya dan terus mengampanyekan hak-hak anak dan juga mengkampanyekan bahayanya human trafficking.

Dia dibantu oleh relawan-relawan dari komunitas lainnya menghidupkan mimpi-mimpi anak-anak yang ada di sekitar lokalisasi.

Kegiatan Kartono didukung oleh Salamah (27) istrinya yang dinikahinya saat aktif menjadi relawan. Saat menikah, Salamah yang berasal dari Pasuruan adalah korban trafficking.

Dia sempat dipaksa bekerja di sebuah wisma selama dua minggu hingga kemudian bertemu dengan Kartono dan mereka memutukan menikah pada tahun 2009.

"Ketemu sama bapak saat itu pas ikut pelatihan masak memasak. Saya bersyukur bisa lepas dari dunia kayak gitu. Waktu itu saya nggak tau apa-apa diajak kerja ehh ternyata kerjanya kayak gitu," ujar Salamah kepada Kompas.com.

Saat ini, Salamah membuka katering dan menerima pesanan masakan dari hajatan atau acara-acara di sekitar Putat Jaya. Dia dan suaminya juga membantu menjualkan produk camilan yang dibuat oleh warga terdampak lokalisasi yang ada di sekitar rumahnya yang tergabung di kelompok swadaya masyarakat.

Salamah yang dipanggil tante oleh anak-anak sekitar sudah dianggap ibu sendiri oleh mereka.

"Satu hari bisa 20 anak ke sini. Makan dan tidur di sini. Kadang-kadang curhat juga. Saya enggak masalah malah seneng rame," ujarnya.  

Ketika mendapat donasi uang, Kartono dan Salamah selalu menawarkan kepada anak-anak apa yang mereka butuhkan. Selain untuk membeli buku, mereka kemudian membeli seperangkat alat musik yang bisa dimainkan sewaktu-waktu.

"Mereka saya ajak untuk memilih alat musik sendiri apa yang diinginkan. Mereka belajar  musik dengan para relawan dan alhamdulillah hasilnya positif untuk mereka yang sudah beranjak dewasa. Mereka semakin percaya diri," kata Kartono.

Saat ini, koleksi buku di taman baca Kawan Kami mencapai sekitar 4.000 buku.

Sementara itu, Dwi Mulyo, Kepala Kelurahan Putat Jaya, Kecamatan Sawahan, kepada Kompas.com bercerita bahwa dari 15 RW yang masuk wilayahnya ada 5 RW yang masuk wilayah eks lokalisasi Jarak dan Dolly.

Sejak ditutup, ada 10  rumah yang sudah dibeli oleh Pemkot Surabaya kemudian dijadikan fasilitas publik seperti lapangan futsal, taman bermain anak-anak serta pengembangan UMKM untuk masyarakat yang terdampak.

"Rencananya masih ada 17 rumah yang akan di beli nanti akan kami usulkan untuk dibuat pengembangn taman baca. Saya juga baru tahu kalau taman baca yang dikelola Pak Kartono masih sewa," katanya.

Dia juga mengaku akan terus mendukung kegiatan postif yang ada di wilayah kerjanya.

"Dengan adanya taman baca minimal anak-anak kalau main enggak di jalan. Aktivitas mereka tersalurkan di kegiatan positif," ungkapnya.

Saat Kompas.com bertanya sampai kapan Kartono akan mengelola taman baca, dengan tegas Kartono menjawab akan mengelolanya hingga dia meninggal dan akan mewariskan kepada istri dan anak-anaknya.

"Saya akan terus menghidupkan taman baca ini sampai saya meninggal. Nanti ada istri dan anak yang akan meneruskan. Pinginnya juga buka di Pasuruan, tempat asal istri saya. Taman baca ini bukan milik saya, Kartono tapi milik kami semua karena itu diberi nama Taman Baca Kawan kami. Jika pun nanti kontrakan tidak bisa diperpanjang saya akan cari tempat lain di sekitar sini. Tapi saya percaya pemiliknya rumah ini masih percaya untuk menyewakan kepada saya. Ini demi anak-anak disini. Anggap saja penembusan masa lalu saya," tuturnya sambil tersenyum.

 

 

Kompas TV Perpustakaan keliling dalam beragam jenis terparkir di halaman Istana Negara, Jakarta.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com