Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wae Rebo, Negeri Tersembunyi di Flores

Kompas.com - 05/11/2016, 11:28 WIB

Penulis

KOMPAS - Wae Rebo seperti negeri berpagar gunung. Tersembunyi di balik keramaian dunia. Di pagi hari, kampung ini tampak seperti negeri dongeng berselimut kabut. Di malam hari, gugusan bintang galaksi Bimasakti terlihat saat langit tak berawan. Dengan kearifan lokalnya, warga Wae Rebo bisa berjalan beriringan dengan laju pariwisata.

Wae Rebo adalah kampung adat satu-satunya yang tersisa di Manggarai, Nusa Tenggara Timur. Kampung ini mempunyai tujuh rumah adat atau mbaru niang yang masih ditinggali oleh warganya. Untuk menuju kampung ini, pengunjung harus berkendara delapan jam dari Labuan Bajo dan mendaki gunung sejauh 4 kilometer menembus hutan alam.

Sebanyak 33 keluarga turun-temurun hidup di kampung kecil itu dan tinggal di mbaru niang yang dibangun kakek buyut mereka. Konon leluhur mereka berasal dari Minangkabau, Sumatera Barat. Kepala kerbau dalam rumah adat adalah salah satu penandanya.

Martinus Anggo (46), salah satu tokoh warga Wae Rebo, mengatakan, tak pernah tahu kapan pastinya leluhur mereka tinggal di tempat itu. Ia hanya tahu dirinya adalah generasi ke-19 dari nenek moyangnya. Kampung itu bisa bertahan karena ada warga yang memilih hidup di sana meski terpencil. Warga berpegang teguh pada pesan leluhur yang meminta mereka tinggal di sana.

Seperti halnya perkampungan adat lain yang tergerus perubahan, pada 2007 perkampungan ini hampir saja runtuh. Mbaru niang ambruk karena termakan usia. Beberapa anak muda memilih mengadu nasib di kota. Sementara penerus Wae Rebo yang tersisa tak mampu membangun kembali mbaru niang karena biayanya tinggi.

Akhirnya, mbaru niang bisa berdiri lagi setelah dibantu oleh banyak tangan. Bersama dengan sejumlah pihak, termasuk arsitek Yori Antar, warga mendirikan lagi rumah adat yang hampir roboh.

Titik balik

Revitalisasi mbaru niang membuahkan penghargaan UNESCO pada 2012. Sejak itu, Wae Rebo masuk dalam peta wisata dunia. Juni lalu, saat liburan musim panas di belahan bumi utara tiba, Wae Rebo banjir wisatawan. Secara bergantian warga turun gunung membawa hasil bumi untuk dijual di pasar dan pulang untuk kulakan beras dan berkotak-kotak telur ayam untuk keperluan memasak hidangan bagi wisatawan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com