Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mimpi Anak Pemulung Bantar Gebang

Kompas.com - 29/09/2016, 14:53 WIB
Reni Susanti

Penulis

BEKASI, KOMPAS.com – Senyuman mengembang di bibir siswa SD Alam Tunas Mulia, Bantar Gebang, Bekasi, Jawa Barat, Rabu (28/9/2016). Masing-masing anak saling memberikan candaan pada teman-temannya.

Tak ayal, suasana kelas sore itu, menjadi ramai nan ceria diselingi gelak tawa yang menyenangkan. Sama sekali tak terihat gurat kesedihan di wajah mereka. Walaupun mereka terlahir sebagai anak pemulung yang harus berteman dengan kemiskinan sejak lahir.

“Senang sekolah di sini. Gratis. Bisa belajar berbagai pelajaran, bermain, dan shalat,” ujar salah satu siswa, Algis Lestiani (11), kepada Kompas.com.

Siswi kelas 6 SD ini mengatakan, salah satu hal paling membahagiakan bagi hidupnya adalah sekolah. Walau anak-anak di sana sekolah tidak mengenakan seragam seperti di sekolah formal, namun bisa merasakan bangku pendidikan adalah hal luar biasa. Karena, setelah lulus SD nanti, mereka tidak tahu apakah bisa melanjutkan sekolah atau tidak.

“Kakak saya cuma sekolah sampai SD, setelah itu kerja di pabrik boneka untuk membantu orangtua,” tutur Algis menceritakan kisah sang kakak, Lusi Melinda.

Algis mengaku, dia dan kakaknya bisa sekolah di tempat yang gratis. Penghasilan orangtuanya sebagai pemulung hanya cukup untuk makan sehari-hari. Itupun makan seadanya.

“Saya makan sama garam. Hampir tiap hari. Kalau ada uang, makannya sama telur,” tutur anak yang mengenakan kerudung biru tersebut.

Itulah sebabnya sang kakak lebih memilih menbantu orangtuanya untuk bekerja. Ia pun kini kerap membantu orangtuanya bekerja menjadi pemulung sebelum berangkat ke sekolah.

“Sekolahnya jam 13.00-15.00. Sebelumnya bantu-bantu orangtua dulu,” ucapnya.

Meski dia tidak tahu apakah bisa melanjutkan sekolah atau tidak, dia tetap semangat untuk sekolah. Ia ingin mewujudkan cita-citanya.

“Saya ingin jadi pengacara,” ungkapnya.

Salah satu guru sekaligus relawan SD Alam Tunas Mulia, Masna mengatakan anak-anak tersebut memiliki semangat yang luar biasa untuk bersekolah. Meskipun waktu yang mereka miliki pendek karena harus membantu orang tua menjadi pemulung.

“Walaupun capek, mereka mengusahakan untuk datang (sekolah). Bahkan beberapa anak tidak sempat untuk mandi dulu. Habis mulung mereka langsung sekolah. Walau bau, mereka semangat sekolah,” imbuhnya.

Masna mengatakan, meski terlahir menjadi anak pemulung, anak didiknya memiliki cita-cita yang tinggi. Ada yang ingin jadi polisi, guru, pengacara, dan lainnya. Mereka memiliki impian mendapatkan kehidupan lebih baik di depan sana dan mengangkat derajat orang tua mereka.

Walaupun terkadang sebagian orang tua mengatakan untuk apa sekolah. Karena sekolahpun akhirnya akan jadi pemulung.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com