Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Ingin Makan Ikan Asin Saja Sudah Sulit Sekali"

Kompas.com - 17/03/2016, 14:17 WIB
Budiyanto

Penulis

SUKABUMI, KOMPAS.com - Hampir sepekan, warga Kampung Cipiit RT 4 RW 6 Desa Bojong Sari, Kecamatan Nyalindung, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat masih kesulitan untuk keluar kampung. Hal ini terjadi setelah satu-satunya jembatan di atas Sungai Citalahab hanyut terbawa banjir bandang yang terjadi Jumat (11/3/2016) petang.

Bahkan banjir bandang kembali terjadi pada Senin (14/3/2016) petang.

"Ingin makan ikan asin saja sekarang sudah sulit sekali, karena dua warung yang ada di sini sudah tidak berjualan," ungkap seorang warga Samsiah (30) kepada Kompas.com saat ditemui di rumah panggungnya, Kamis (17/3/2016).

Begitu juga, lanjut Samsiah, persediaan beras sudah mulai menipis, bahkan mungkin juga ada yang sudah kehabisan. Karena untuk mendapatkan beras harus menggiling padi ke penggilingan padi yang berada di seberang sungai.

"Enggak ada jalan lagi, jembatan hanya itu-itunya saja," ujar istri Ketua RT 4.

Hal senada juga dituturkan Karsih (50) warga kampung setempat yang sehari-hari menjadi pedagang keliling makanan penganan seperti gorengan dan lain-lainnya.

"Sekarang saya jualan di kampung saja, padahal biasanya suka nyeberang ke kampung-kampung sebelah," ujar Karsih saat berbincang dengan Kompas.com.

Bahkan untuk membeli bahan baku di Kampung Tanggeung harus menitip kepada orang lain. Setiap titip belanjaan harus keluar uang untuk upah sekitar Rp 3.000 hingga Rp 4.000. Biasanya bahan baku yang dibeli seperti terigu, tepung tapioka, minyak goreng, dan kacang kedelai.

"Saya nitip sama tetangga yang mau nyeberang ke Kampung Tanggeung. Biasanya sama anak-anak yang sekolah," tutur Karsih yang menjajakan dagangannya di salah satu rumah warga.

Ketua RT 4 Hermawan menuturkan jumlah penduduk di Kampung Cipiit berjumlah sebanyak 40 kepala keluarga (KK) dengan seluruhnya berjumlah 150 jiwa. Mayoritas penduduk bekerja sebagai petani, buruh tani dan pelajar.

"Anak-anak yang sekolah harus menyeberang Sungai Citalahab. Setiap menyeberang pagi dan siang biasanya diantar dan dijemput sama orangtuanya," tutur Hermawan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com