Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tak Ada Lagi Anak Lari ke Kolong Ranjang karena Gerhana Matahari

Kompas.com - 09/03/2016, 14:05 WIB
Taufiqurrahman

Penulis

PAMEKASAN, KOMPAS.com — Suasana gerhana matahari total di Indonesia tahun ini jauh berbeda dengan peristiwa serupa pada tahun 1983.

Pada tahun 1983, anak-anak di Madura tidak ada yang berani keluar rumah. Bahkan, mereka lari dan ngumpet di kolong tempat tidur.

Konon, anak yang berani keluar rumah disebut-sebut akan mengalami penyakit aneh. Terlebih lagi, yang berani menatap matahari dengan mata telanjang akan mengalami kebutaan.

"Dulu saya dilarang keluar rumah kalau gerhana matahari karena bisa sakit dan bisa buta," kenang Muhammad Ghozi, pria yang pernah mengalami terjadinya gerhana matahari total tahun 1983 silam.

Saat itu, kata dia, hanya orang tua yang boleh keluar rumah. Para orang tua membangunkan hewan ternak yang tertidur di kandang dan menggoyang-goyangkan pepohonan yang berbuah.

Membangunkan hewan ternak dipercaya menghindarkan segala penyakit bagi hewan ternak itu. Sementara itu, menggoyangkan pohon yang berbuah juga dipercaya bisa melebatkan buahnya.

"Itu mitos orang tua yang disampaikan ke anak-anak dulu," imbuh pria yang akrab disapa Ghozi ini.

Namun, mitos-mitos semacam itu sudah tidak lagi dikenal oleh anak-anak sekarang. Anak-anak sudah penasaran untuk melihat langsung terjadinya gerhana matahari.

"Anak saya tiga hari sebelumnya sudah ngajak mau lihat langsung gerhana bulan ke pinggir pantai," kata Mafluhah, ibu muda asal Desa Lancar, Kecamatan Larangan, Kabupaten Pamekasan.

Perempuan yang akrab disapa Luluk ini enggan menceritakan hal-hal yang berbau mitos seperti orang-orang masa lampau. Sebab, hal itu tidak mendidik. Anaknya sudah diajarkan bagaimana ilmu pengetahuan dijelaskan serasional mungkin.

"Di Al Quran sudah dijelaskan tentang gerhana matahari dan bulan. Dalam ilmu pengetahuan juga diurai dengan jelas sehingga itu yang perlu disampaikan ke anak-anak," ungkapnya.

Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Pamekasan Kiai Abdul Ghaffar Muzakki menjelaskan, fenomena gerhana matahari tidak ada kaitannya dengan mitos-mitos yang disampaikan orang-orang terdahulu seperti di Madura.

Gerhana adalah siklus alam yang sudah dijelaskan Allah di dalam Al Quran.

"Jangan kaitkan mitos-mitos dengan gerhana matahari, tetapi kita wajib merenung dan berpikir tentang keesaan Tuhan sehingga bisa meningkatkan keimanan," ungkap Abdul Ghaffar.

Oleh sebab itu, pria yang juga dosen di salah satu kampus negeri di Pamekasan ini mengajak agar masyarakat meninggalkan tradisi lama yang kurang baik dan mengajarkan tradisi baru yang lebih baik.

"Ajarkan anak-anak shalat gerhana agar keimanan mereka tertanam sekaligus ajarkan pengetahuan yang benar dan logis," katanya.

Foto-foto pengamatan gerhana selengkapnya di http://foto.kompas.com

Kompas TV Inilah Gerhana Matahari Total di Palu

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com