Menurut Ketua Tim Ekspedisi TNTN 2016 Fajar Perdana Riski, masih ditemukan berbagai tanaman yang berasal dari klan langka Dipterocarpaceae.
Tanaman jenis kulim dan jelutung masih banyak dijumpai. Bahkan masih terdapat pohon sialang berdiamater lebih dua meter yang menjulang ke angkasa dipenuhi dengan sarang lebah.
Tim juga menemukan jejak satwa seperti gajah, cakaran beruang, jejak harimau serta kotoran hewan seperti kijang. Hal itu menandakan, kehidupan satwa masih berlangsung di hutan itu.
Jalur Sungai Nilo di tengah hutan juga masih mengalirkan air ke hilir dengan baik. Di salah satu sisi sungai, terdapat pantai pasir putih yang cukup indah. Pepohonan raksasa dan tudung vegetasi dari bagian hutan yang masih utuh masih menyatu.
(Baca: Ekspedisi Taman Nasional Tesso Nilo: Hutan Itu Porak Poranda (1))
Kepala Badan TNTN Tandya Tjahjana mengungkapkan, kegiatan ekspedisi memang menunjukkan kerusakan parah dari hutan konservasi itu. Namun, dia meminta agar semua pihak bersabar.
Pihaknya masih menyusun langkah-langkah masih ada kesempatan untuk menyelamatkan vegetasi bagus dari hutan yang tersisa.
“Dari ekspedisi ini kami melakukan update data lapangan. Kehadiran pihak-pihak lain sangat diperlukan. Kami tidak akan mampu menjaga TNTN tanpa bantuan stakeholder lain, termasuk media," kata Tandya.
"Ada wilayah hutan yang dapat dipertahankan merupakan bagian dari edukasi, ecotourism dan kehidupan desa yang bisa diangkat. Bagian-bagian itu yang harus dikelola bersama,” lanjut Tandya.
Tandya menginginkan ekspedisi dilakukan secara berkelanjutan. Dia berniat melakukan ekspedisi selama 10 kali dalam setahun dengan mengikutkan komponen yang lebih besar dengan peralatan komunikasi yang lebih baik.
Wishnu Sukmantoro, Program Manager WWF Sumatera Tengah menambahkan, pelaksanaan ekspedisi menyusuri TNTN dengan melaporkan kondisi riil terbaru adalah program yang mesti dilakukan secara bertahap dan pasti. Upaya itu akan lebih mampu meredam perambahan untuk mempertahankan hutan yang masih tersisa.
Taman Nasional Tesso Nilo adalah salah satu blok hutan dataran rendah yang masih tersisa di Pulau Sumatera. Kawasan ini terletak di Provinsi Riau dan terbentang di empat kabupaten yaitu Pelalawan, Indragiri Hulu, Kuantan Singingi, dan Kampar.
Awalnya, areal TNTN hanya seluas 38. 576 hektar yang terletak di Kabupaten Pelalawan dan Indragiri Hulu ditetapkan pemerintah (Departemen Kehutanan) pada 19 Juli 2004. Pada 19 Oktober 2009, taman nasional diperluas menjadi 83.068 hektar.