Arief mengungkapkan, berdasarkan rangkaian dan fakta yang ditemukan, tidak ada masalah dengan pola rekrutmen dalam penerimaan anggota Polri. Terhadap pelaku, tim penyidik akan terus mendalami motif membunuh kedua anak kandungnya tersebut.
Selama proses pendidikan, Petrus Bakus yang lulus pada tahun 2007 dari Polres Melawi menduduki peringkat dengan nilai paling tinggi. Pria kelahiran tahun 1988 itu pun sudah melewati berbagai rangkaian tes standar dari Mabes Polri.
"Dari hasil pemeriksaan saksi-saksi, mulai dari teman seangkatan, lingkungan kerja dan lainnya, tidak ada yang aneh dengan perilaku pelaku. Sehingga pelaku terpilih mengikuti pendidikan Brigadir Intelijen dan ditempatkan di Satuan Intelkam Polres Melawi," ungkap Arief, Senin (29/2/2016).
Selama proses pembinaan karir, Polda Kalbar juga melakukannya secara ketat, dan tidak pernah terjadi pelanggaran maupun penyimpangan yang dilakukan Petrus Bakus.
"Langkah kami saat ini, sudah melakukan olah TKP, otopsi, penyitaan barang bukti, melakukan tes urine uji narkoba yang hasilnya negatif. Kemudian melakukan pra-rekonstruksi, mendatangkan tim psikolog baik dari Polda Kalbar maupun Mabes Polri," jelas Arief.
Seperti diberitakan sebelumnya, peristiwa pembunuhan tersebut dilakukan oleh tersangka yang merupakan anggota polisi berpangkat brigadir dan bertugas di Satuan Intelkam Polres Melawi pada Jumat (26/2/2016) sekitar pukul 00.15 dini hari.
Pelaku membunuh dua anak kandungnya dengan kondisi badan terpotong-potong menjadi beberapa bagian. Atas peristiwa tersebut, Petrus Bakus sudah ditetapkan sebagai tersangka.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.