Hal ini, ujar Iwan, tertulis dalam rancangan AD/ART Gafatar Kabupaten Tasikmalaya. Namun, pemerintah mencurigai tujuan organisasi itu karena kerap melakukan kegiatan secara tertutup.
"Kalau dalam pengajuannya ke pemerintah daerah isi AD/ART-nya menarik. Mereka menulis akan melakukan perekrutan putra-putri Indonesia masuk organisasi tersebut," kata Iwan, Rabu (13/1/2016).
"Tetapi, kami mendeteksi ada sebuah permasalahan dengan faham organisasi tersebut dan patut dicurigai, apalagi kegiatannya selalu tertutup," tambah Iwan.
Berdasarkan hasil pengawasan, lanjut Iwan, organisasi tersebut melakukan kegiatan secara individu antar-anggota dan dilakukan secara terselubung.
Kantor Kesbangpol juga mendapatkan informasi bahwa organisasi Gafatar telah berjalan hampir tiga tahun lamanya di Kabupaten Tasikmalaya.
"Kalau dihitung mulai didaftarkan sampai sekarang, Gafatar sudah ada hampir tiga tahunan di Kabupaten Tasikmalaya," kata Iwan.
Selama ini, lanjut dia, Gafatar di Tasikmalaya terus dalam pengawasan dan pantauan institusi pemerintah. Selama ini belum ada pergerakan Gafatar yang signifikan di Tasikmalaya.
Meski demikian, Kesbangpol Tasikmalaya terus berkomunikasi dengan pengurus Majelis Ulama Indonesia (MUI) di tingkat kecamatan dan desa.
Hal ini untuk mengantisipasi pergerakan organisasi yang belakangan menjadi bahan pemberitaan di hampir semua media nasional.
"Kalau sampai ada pergerakan yang menyimpang, para pengurus MUI di tingkat bawah pun tak akan tinggal diam. Pasti informasi akan masuk dan akan melakukan pencegahan," kata dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.