Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Ridwan Kamil yang Tumpah Air Matanya saat Mendesain Museum Tsunami

Kompas.com - 27/12/2015, 18:35 WIB

Sosok Wali Kota Bandung, Ridwan Kamil, menyedot perhatian publik saat peringatan 11 tahun tsunami di Banda Aceh.

Ketika hadir sebagai pembicara pada seminar nasional, di Banda Aceh, Sabtu (26/12/2015), pria yang akrab disapa Kang Emil ini banyak disebut dalam perbandingan menata kota.

Wali kota yang berlatar belakang arsitek ini punya kesan mendalam pada Aceh lantaran dialah yang mendesain gedung megah nan cantik bernama Museum Tsunami.

Menurutnya, tak mudah merancang gambar bangunan museum tsunami karena harus mengingat kembali tragedi maha dahsyat yang merenggut ratusan ribu jiwa manusia.

"Proyek tersulit dalam karya saya ketika menciptakan proyek museum tsunami Aceh. Waktu mendesain banyak air mata tumpah hingga melahirkan karya ini," katanya sebagai pembicara seminar "Pembangunan Berkelanjutan" di AAC Dayan Dawood Unsyiah, Banda Aceh, Sabtu (26/12/2015).

Pada acara yang dipandu Redaktur Pelaksana Serambi Indonesia, Yarmen Dinamika tersebut hadir juga Wali Kota Bogor, Bima Arya Sugiarto, Wali Kota Banda Aceh, Illiza Sa’aduddin Djamal, dan Rektor Unsyiah Banda Aceh, Prof Samsul Rizal.

Kang Emil menceritakan, dalam mengerjakan gambar bangunan yang terletak di samping Lapangan Blang Padang dan Kherkoff itu, dirinya harus melihat kembali rekaman video tragedi gempa berkekuatan 9,8 skala ricter (SR) yang menguncang Aceh dan disertai gelombang tsunami pada Minggu pagi, 26 Desember 2004 silam.

"Ketika saya desain masjid, rumah, dan bangunan lain biasa saja, tapi ketika desain museum tsunami saya belum pernah dan susah. Awalnya saya hanya terpikir membuat museum memorial saja, tapi saya tidak mau seperti itu. Saya mau (museum itu menjadi) pengingat dan mendidik," ujar dosen Arsitektur ITB ini.

Konsep menginggat tapi tidak larut dalam kesedihan tersebut berhasil dipadukan. Terciptanya kolam di permukaan museum sebagai penginggat tsunami dan di atasnya terdapat ruang memorial dan edukasi sebagai pendidikan mitigasi. Harapannya, masyarakat Aceh dapat belajar menyelamatkan diri ketika tsunami kembali datang.

Dalam menghasilkan karya yang dinamai Rumoh Aceh as Escape Hill itu, kata Kang Emil, membutuh waktu yang panjang. Dirinya terpaksa beberapa kali melihat kembali video musibah gempa dan tsunami agar setiap bangunan tersebut memiliki makna.

"Sambil menarik garis, karena emosional saya terharu, terus berhenti dan lanjutin besoknya. Ingat lagi. Lama prosesnya," ungkap dia.

Kini, bangunan yang diresmikan pada 27 Februari 2009 oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) hampir setiap pekan dipenuhi pengunjung, dari dalam maupun dari luar negeri.

"Hanya dua bangunan dalam hidup saya yang emosional, satu Masjid Raya Bandung karena mengingat ayah saya, kedua museum tsunami," ungkap Ketua Bandung Creative City Forum.

Untuk diketahui, desain Museum Tsunami karya Kang Emil memenangkan lomba sayembara desain museum tsunami Aceh pada 2007 lalu. Karya Kang Emil berhasil menyisihkan 68 desain lainnya dan berhak mendapat hadiah Rp 100 juta.

Selain museum tsunami, karya arsitektur fenomenal Kang Emil lainnya yang mendunia di antaranya Marina Bay Waterfront Master di Singapura, Sukhotai Urban Resort Master Plan di Bangkok, Ras Al Kaimah Waterfront Master di Qatar, dan Shao Xing Waterfront Masterplan di China.

istimewa Museum Tsunami, Aceh.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com