Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Debu Batu Bara Dilarang Keras Naik Masjid.."

Kompas.com - 22/09/2015, 13:19 WIB
Kontributor Cirebon KompasTV, Muhamad Syahri Romdhon

Penulis

CIREBON, KOMPAS.com – “Itu sebuah protes kecil dari kami, warga yang tidak punya kekuatan untuk mencegah (dampak debu batu bara-red). Kami cuman bisa memprotes dengan tulisan yang kita tempelkan di depan masjid ini,” kata Daim, petugas pembersih Masjid Alikhlas, di Gang Nelayan, Kecamatan Lemahwungkuk, Kota Cirebon, Selasa (22/9/2015).

Pemuda yang masih berstatus mahasiswa ini membuat tulisan “Debu Batu Bara Dilarang Keras Naik Masjid”, di tiang masjid setempat, beberapa waktu lalu. Tulisan sederhana ini, merupakan cara terakhir warga untuk menolak aktivitas bongkar muat batu bara di Pelabuhan Cirebon.

Aktivitas itu telah menyebabkan pencemaran lingkungan. Bagaimana tidak? Masjid dan tempat tinggal warga hanya berjarak sekitar 100 hingga 200 meter dari aktivitas bongkar muat, dan lalu lalang truk pengangkut batu bara. Akibatnya, debu yang terbawa angin, dengan cepat masuk ke permukiman warga.

Para warga di kampung gang nelayan ini harus membersihkan halaman rumahnya empat hingga lima kali dalam sehari. Bahkan tiap malam, sebagian warga mengaku harus merasakan batuk, dan sesak akibat debu batu bara.

“Dalam sehari, saya harus menyapu lebih dari lima kali. Makanya kita juga, kadang malas nyapu, karena sebentar saja sudah kotor lagi. Selain itu juga, ketika kita bernafas terasa sesak, apalagi bau batu bara yang habis bongkar muat ini, juga sangat mengganggu di pernafasan warga,” keluh Daim.

Daim mengungkapkan, sudah berulang kali mengadu kepada Pemerintah, agar dapat mencari solusi dari pencemaran lingkungan debu batu bara ini. Namun sejak 10 tahun dirasakan, belum ada perubahan, bahkan volume pencemaran semakin meningkat.

Daim berharap, perusahaan PT Pelindo Cirebon agar segera memperhatikan dampak lingkungan yang terjadi. Bahkan, dia juga meminta pemerintah juga segera bertindak, bila perlu ditutup karena sangat mengganggu.

Ratna, warga Kelurahan Panjunan juga merasakan hal yang serupa. Ia justru meminta, bila tidak dapat diperbaiki, lebih baik aktivitas bongkar muat batu bara segera ditutup. “Kami tidak membutuhkan uang kompensasi, tapi kesehatan anak cucu kami,” tegas dia.

Di tempat terpisah, Wali Kota Cirebon Nasrudin Aziz, membenarkan kondisi tersebut. Ia akan segera berkoordinasi dengan PT Pelindo untuk dapat meminimalisasi dampak pencemaran lingkungan, debu batu bara tersebut.

“Kami membentuk tim untuk melakukan peninjauan langsung terhadap kondisi debu batu bara. Dan kami juga tak kurang koordinasi dengan PT Pelindo, untuk mengatasi dampak agar tak terlalu parah,” kata Aziz, di Gedung DPRD Kota Cirebon.

Aziz menegaskan, penutupan aktivitas bongkar muat batu bara yang memberikan dampak dan keresahan bagi warga, dimungkinkan akan dilakukan. Namun hal tersebut perlu dibicarakan lebih lanjut dengan berbagai pisak yang terkait. “Mungkin saja penutupan akan dilakukan. Tapi lebih tepatnya pengalihan,” ujar dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com