Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Diplomasi Kopi Ala Gubernur Ganjar Pranowo

Kompas.com - 04/09/2015, 04:33 WIB
Kontributor Semarang, Nazar Nurdin

Penulis

PEKALONGAN, KOMPAS.com - Strategi untuk menghimpun aspirasi dari masyarakat bisa dilakukan dengan beragam cara. Di Jakarta, Presiden Joko "Jokowi" Widodo melakukan diplomasi makan siang dengan sopir angkot, sementara di Jawa Tengah, Gubernur Ganjar Pranowo melakukan diplomasi sembari minum kopi.

Seperti Jokowi, Ganjar rajin menyerap aspirasi dengan turun di lapangan tiap pekan di berbagai daerah. Ganjar tidak hanya mendengarkan keluhan warga, namun juga disertai dengan dialog.

Di Kota Pekalongan, Jawa Tengah, Kamis (3/9/015) malam tadi, Ganjar "berdiplomasi kopi" dengan berbagai lapisan dan kelompok masyarakat. Mereka yang beruntung adalah para lurah, camat, kepala dinas hingga para komunitas adat. Mereka dikumpulkan untuk diajak berbicara, serta berdialog di rumah dinas Gubernur Jawa Tengah di eks Karesidenan Pekalongan.

Suasana pun berjalan lancar nan santai. Gelak tawa bersahutan sepanjang hampir tiga jam dialog. Tidak ada protokoler ketika dialog. Semua bebas bicara. Usulan, keluhan, hingga saran pun disampaikan warga kepada Ganjar.

Kepala Dinas Perhubungan, Pariwisata dan Budaya, Doyo Budi Wibowo, mengatakan, ada masalah mendasar, terutama terkait sempitnya lahan parkir. Dia ingin agar Pemprov Jawa Tengah menyediakan lahan parkir agar potensi Pekalongan sebagai sentra batik bisa terus berkembang.

Sementara itu, dosen Sekolah Tinggi Agama Islam (STAIN) Pekalongan, Mahirun juga menyempatkan diri untuk ikut rembug. Dalam hal pendidikan, misalnya, ia ingin agar di sekolah ada mata pelajaran batik.

"Kami usul agar mata pelajaran batik diajarkan dari tingkat SD hingga SMA di Pekalongan. Ini agar anak-anak bisa tahu betul soal batik ini," ujar Mahirun.

Salah seorang pengurus di Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Pekalongan, Ahmad Marzuki juga mengeluhkan soal bakal sepinya pendidikan agama ketika program sekolah lima hari yang diterapkan gubernur berjalan. Alasannya, anak-anak sekolah akan pulang sore hari, sehingga waktu belajar agama di waktu siang menjadi berkurang.

Marzuki menilai, selama ini Pekalongan dikenal sebagai masyarakat religius. Hubungan antara para pejabat daerah dengan tokoh agama terjalin dengan baik.

Setelah itu, Ganjar menjawab apa yang menjadi pertanyaan warga. Tidak lupa, dalam jawabannya, Ganjar selalu menyelipkan kata humor hingga membuat suasana malam kian meriah.

"Kalau FKUB berbadan hukum gak? Kalau badan hukum mesti akan dikasih bantuan. Kalau soal uang memang tidak perlu, tapi butuh. Uang itu tidak mengenal agama, pak," papar Ganjar.

Soal pendidikan lima hari, Ganjar juga menyampaikan selama ini masyarakat belum bisa memahami edaran yang disampaikan. Masyarakat juga belum membaca surat edaran terkait program lima hari sekolah.

"Kalau belum siap (Sekolah Lima Hari) ya gak apa-apa. Itu edaran, sifatnya tidak wajib. Kalau sekarang belum siap, mudah-mudahan tahun depan bisa," katanya.

Kepada masyarakat, Ganjar ingin agar mereka bisa terus berpartisipasi dalam pembangunan di Jawa Tengah. Jika ada masalah, warga tinggal melapor ke saluran pengaduan, akun twitter @ganjarpranowo.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com