"Nanti akan dilihat rekam medisnya sekaligus pemeriksaan ulang. Dan, benjolan yang sekarang tumbuh akan diangkat," ujar Wahyudin kepada Kompas.com, Kamis (18/6/2015).
Wahyudin menjelaskan, penyakit yang diderita Cepi sudah berlangsung belasan tahun. Pada usia tiga tahun, pasien mengalami panas yang diikuti dengan perubahan kulit menjadi bintik-bintik hitam.
"Bintik-bintik hitam itu merupakan indikasi dari penyakitnya," tutur Wahyudin.
Tumor ganasnya sendiri berada di sekitar mata. Tumor tersebut sudah diangkat tahun 2012, namun kini kembali tumbuh di tempat yang berbeda, yakni di belakang leher. Munculnya kembali tumor di lokasi yang berbeda, menguatkan dugaan penyakit yang dialami Cepi bukan sekadar tumor ganas. Ia menduga, warga Kampung Cimahi, Desa Pasir Jambu, Kecamatan Maniis, Kabupaten Purwakarta tersebut menderita kanker kulit stadium lanjut.
"Namun untuk kepastiannya, akan dilihat dari hasil pemeriksaan di RSHS nanti," tuturnya.
Selama ini, Cepi rutin melakukan pemeriksaan ke puskesmas. Kalaupun tidak ke puskesmas, dokter, bidan atau perawat puskesmas mengunjungi Cepi satu bulan sekali dalam Program Kesehatan Masyarakat.
Sementara itu, Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi mengatakan bahwa biaya operasi maupun perawatan di RSHS akan ditanggung APBD. Bahkan agar Cepi segera ditangani, dia tidak akan menggunakan Jamkesmas.
"Cepi akan menggunakan jalur umum, semua biaya ditanggung Pemkab Purwakarta," tuturnya.
Cepi sendiri mengaku hanya ingin sembuh. "Pengen sembuh. Apalagi kalau bisa sekolah lagi. Doain, ya," ungkapnya kepada Kompas.com mengakhiri pembicaraan.
Baca juga:
Mimpi Cepi, Punya Domba Sebelum Meninggal
Tak Tahan Diejek karena Kanker Kulit, Cepi Pun Putus Sekolah
Kisah Cepi, Penderita Kanker Kulit yang Tinggal di Gubuk dengan 8 Saudaranya