Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berkat Piether, Polisi di Mamuju Patungan Biayai Sekolah Ratusan Anak (2)

Kompas.com - 06/03/2015, 11:16 WIB
Fabian Januarius Kuwado

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Matahari belum terbit. Namun, Brigadir (Pol) Piether Paembonan sudah siap beraktivitas. Piether memanaskan mesin sepeda motor tua hasil pemberian Pemerintah Kota Mamuju, Sulawesi Selatan.

Selesai mengikat tali sepatunya, ayah tiga anak itu mencium kening si buyung, Agus Rianto Billy, putra bungsunya yang berusia 8 bulan. Si sulung Ayuningtyas (16) dan adiknya Pian Marcelo (13) tengah bersiap ke sekolah dan mendekati Piether. Keduanya mencium tangan Piether. Tak lupa, sang istri juga mencium tangan Piether, tanda ucapan selamat bekerja.

Kasih sayang dari orang-orang terdekat di pagi hari itu selalu menghantarkan Piether sebelum berangkat bekerja yang disebutnya sebagai pengabdian kepada masyarakat. Piether adalah anggota Bhayangkara Pembinaan Keamanan dan Ketertiban Masyarakat Polres Kota Mamuju, Sulawesi Selatan. Ia merupakan salah satu dari lima polisi yang menerima Polmas Award. Empat lainnya adalah personel Bhabinkamtibmas Polres Nganjuk Aiptu Nanik Yuliati, Kepala Polda Kalimantan Selatan Brigjen Machfud Arifin, Kepala Polda Riau Brigjen Dolly Bambang Hermawan, dan Kepala Polda Lampung Brigjen Heru Winarko.

Piether mendapatkan penghargaan itu berkat kiprahnya di wilayah tugasnya. Ia mengembalikan 178 anak ke bangku pendidikan sekaligus menjadi pengajar bebas di sejumlah sekolah. Piether dianggap mampu memperbaiki kepercayaan publik terhadap polisi. (Baca Kisah Polisi Berprestasi dari Ujung Sulawesi {1})

Dari batu cincin sampai undang-undang

Bagi Piether, tidak mudah membujuk anak putus sekolah kembali ke bangku pendidikan. Ada beberapa faktor yang menyebabkannya sulit dilakukan.

Hal yang paling sulit dihadapinya adalah ketika orangtua anak tidak memperbolehkan putra-putri mereka bersekolah. Orangtua ingin anak mereka bekerja membantu keluarga.

Anak juga belum tentu bersedia kembali ke sekolah karena merasa lebih enak bekerja dan sebagainya. Kalaupun anak dan orangtua berkenan, ketiadaan biaya bisa memaksa mereka menjauh dari pendidikan.

Piether tidak menyerah. Melalui sistem door to door, ia mulai membujuk anak-anak dan orangtuanya agar sang anak dapat kembali menimba ilmu. Jika persoalan ada di orangtua, maka Piether berdiskusi dengan mereka. Jika persoalan ada di anak, ia tak segan melakukan pendekatan kepada anak itu.

"Kalau bicara sama anaknya, saya gambarkan orang-orang sukses. Kasih contoh perjalanan mereka sampai menjadi sukses bahwa mereka pun jangan menyerah, harus mencapai yang lebih tinggi lagi," kata Piether.

"Kalau ke orangtua, kita enggak langsung bujuk anaknya sekolah. Kita masuk ke tren sekarang, misalnya batu cincin. Begitu sudah masuk enak mengobrol soal batu, baru kita masuk ke pemahaman soal pendidikan anak," ujarnya.

Piether juga memberikan pemahaman kepada orangtua anak tentang undang-undang pendidikan dan undang-undang perlindungan anak. Masyarakat di kampung itu, kata Piether, takut jika mendengar kata undang-undang. "Nah, akhirnya mereka mau anaknya sekolah," cerita Piether.

Piether mengatakan, hasil kerja kerasnya sejak 2014 tersebut membuahkan hasil. Sebanyak 178 anak putus sekolah kembali menikmati pendidikan. Rentang usia anak-anak itu antara 9 dan 13 tahun dan tersebar di Kecamatan Kaluku, Mamuju dan Tapalang, Sulawesi Selatan.

Ditanggung bersama

Soal kendala biaya, ratusan murid itu tak lagi khawatir. Rekan-rekan koleganya memberikan bantuan. Atas inisiatif Piether, seluruh personel Polres Kota Mamuju patungan Rp 50.000 per bulan untuk membiayai ratusan murid itu untuk sekolah.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com