Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kios Bensin Kejujuran, Ada yang Tak Bayar Sampai Pakai Uang Palsu

Kompas.com - 20/11/2014, 15:31 WIB
Kontributor Kediri, M Agus Fauzul Hakim

Penulis


KEDIRI, KOMPAS.com
- Di Kelurahan Mojoroto, Kecamatan Mojoroto, Kota Kediri, Jawa Timur, terdapat sebuah kios bensin eceran yang menjunjung tinggi nilai-nilai kejujuran. Secara penampilan, kios tersebut tak jauh beda dengan lapak bensin eceran pada umumnya, yaitu terbuat dari rangka kayu dengan sistem tingkat. Pada tiap tingkat itulah tempat bensin yang sudah terwadahi botol diletakkan.

Disebut kios kejujuran karena para pembeli dibebaskan mengambil sendiri bensinnya. Begitu juga uangnya, tinggal meletakkan dalam sebuah wadah yang telah disediakan di samping kios. Bahkan pembeli juga diperbolehkan mengambil sendiri uang kembaliannya.

Jam operasionalnya 24 jam. Tanpa ada yang menungguinya. Hal yang membedakan dengan kios lainnya adalah ukuran jumlah bensin dalam botol. Pada umumnya bensin eceran dijual per botolnya yang seukuran 1 liter dengan harga Rp 9.000, sesuai harga kekinian. Namun di kios itu, disedikan ukuran yang bervariatif, yaitu mulai dari harga Rp 3.000, Rp 4.000, Rp 5.000, Rp 7.000, hingga Rp 9.000.

Variasi itu ada karena kios tersebut berada di kawasan sekolah sehingga diharapkan bisa sesuai dengan ukuran kantong pelajar.

Abdul Mukti, pemiliknya, bukanlah orang kaya. Pria berusia 56 tahun itu menghidupi keluarganya melalui profesi sebagai tukang becak. Setiap hari, Rp 40.000 dikantonginya jika sedang banyak penumpang.

Kios itu dibangun tepat di depan rumahnya. Lokasinya berhadapan dengan sebuah sekolah menengah kejuruan. Di rumah itu, dia tinggal bersama 3 orang anaknya. Anaknya yang tertua baru lulus SMA bekerja mengelola toko seragam. Anak keduanya tengah menempuh studi di kampus Unair Surabaya. Anak ketiganya masih duduk di bangku SMA. Anak-anaknya itu bersekolah dengan biaya dari beasiswa.

Mukti menuturkan, usahanya itu dirintisnya sejak tahun 2011 silam. Selama itu pula pelbagai pengalaman telah dirasakannya. Mulai pembeli yang tidak membayar, pembeli yang uangnya kurang, pembeli yang mengutang, bahkan pembeli yang pakai uang palsu.

Namun hal tersebut tidak membuatnya patah arang. Dia menganggap apa yang dilakukannya hanyalah tanggung jawab kemanusian saja. Soal rezeki, menurut Mukti, sudah ada yang mengatur sendiri.

"Kalau saya mikir keuntungan, tentu saya tidak akan menyusahkan diri dengan melakukannya. Tapi ini tentang melayani masyarakat, melayani sesama manusia," kata Abdul Mukti, Kamis (20/11/2014), sembari menunjukkan buku tulis berisi pembukuan penjualan kios bensinnya.

Pada buku itu, tercatat dengan baik berapa botol yang laku maupun berapa botol yang hilang. Mengenai apa yang dilakukannya, bapak dari tiga anak ini menuturkan hal itu berawal dari sebuah pengalaman pada suatu malam saat dia masih bekerja sebagai penjual nasi goreng di pinggir jalan.

Saat itu, dia melihat ada seorang lelaki tua yang menuntun sepeda motor karena kehabisan bahan bakar. Orangtua itu menuntun sepeda motornya jauh karena pada malam itu tidak ada penjual bensin yang buka.

Sejak itulah dia kemudian merintis kios bensin kejujuran ini. Niat Mukti ini rupanya lebih luas. Pria bertato macan di dadanya itu berharap kiosnya dapat membantu melatih kejujuran para pelajar yang menjadi langganannya. Dia menganggap pelajar adalah generasi bangsa bahkan berpotensi menjadi pemimpin. Oleh karena itu, harus diasah kejujurannya sedini mungkin.

"Sering saya memberi wejangan pada anak-anak itu agar selalu jujur," imbuhnya.

Selama tiga tahun menjalani usahanya, Mukti mengaku cukup puas. Tren botol hilang sudah jarang terjadi, berbeda dengan masa awal berjualan. Saat itu, botol-botol tempat minyak bahkan kerap raib diambil orang.

Sekarang, jumlah uang yang masuk ke wadah juga sesuai dengan botol yang laku. Dengan demikian, dia bisa membeli bensin secara rutin tiap 3-4 hari sekali. Tiap kulakan dia mampu membeli 60 liter bensin dari pom bensin yang berjarak sekitar 3 kilometer dari rumahnya. Modal kulakan juga berasal dari perputaran bensin yang laku.

"Syukurlah sekarang sudah banyak yang jujur. Sudah lebih mending, enggak kayak dulu lagi," tandasnya.

Harapan lainnya, langkahnya dapat diikuti oleh masyarakat sehingga nantinya menimbulkan gelombang langkah dalam mewujudkan pendidikan nilai-nilai kejujuran.

Reinaldo Basilio, salah satu pelajar, mengaku senantiasa mengisi bensin di kios milik Mukti. Dia bisa saja membeli bensin di SPBU namun sengaja memilih kios kejujuran karena salut dengan tindakan Mukti.

"Penjualnya orang baik, jujur. Maka harus didukung," kata Rei, nama panggilannya, saat mengisi bensin.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com