Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tiap Bulan, Sumarti Kirim Sekitar Rp 3,5 Juta dari Hongkong untuk Keluarga

Kompas.com - 05/11/2014, 15:48 WIB

CILACAP, KOMPAS.com
- Sumarti Ningsih, warga negara Indonesia (WNI) yang dibunuh di Hongkong, adalah tulang punggung keluarganya di Cilacap Jawa Tengah. Ibunda Sumarti Ningsih, Suratmi (49), mengatakan, setiap bulan, Sumarti selalu mengirimkan uang untuk keluarganya di Desa Gandrungmangu, Cilacap.

Selain itu, lanjut Suratmi, putrinya itu juga sering mengirimkan mainan dari Hongkong kepada anak semata wayangnya, MKA (5). Sebelum dibunuh, Januari 2014 silam, Sumarti mengirimkan mobil-mobilan remote control kepada anaknya tersebut. Hingga kini, MKA senang bermain mobil remote itu bersama teman sebayanya di kampung.

"Sumarti terakhir kali membelikan mainan mobil remote ini kepada anaknya pada awal tahun 2014 lalu. Mainan ini dikirim langsung dari Hongkong," ujar Suratmi di kediamannya, Rabu (5/11/2014).

Setiap bulan, Sumarti biasanya mengirimkan sekitar Rp 2 juta hingga Rp 3,5 juta per bulan. 

"Biasanya, Sumarti begitu telah kirim uang, dia selalu mengabari saya. Bisa lewat telepon ataupun SMS," kata dia.

Selama kurang lebih 3,5 tahun bekerja di Hongkong, Sumarti juga sempat membelikan 2 unit sepeda motor dan sebidang tanah kepada keluarganya di Cilacap. Satu motor Honda Supra diberikan Sumarti kepada adiknya, Muhamad Rohmat, untuk bersekolah, sedangkan motor Suzuki Smash yang satu diberikan kepada ayahnya, Achmad Kaliman, untuk menjalankan aktivitasnya sebagai petani.

Kemudian, Sumarti membelikan sebidang tanah kepada kedua orang tuanya seluas 60 ubin. Tanah tersebut berada di Desa Kedungreja, tidak jauh dari desa tempat tinggal kedua orang tuanya di Cilacap.

Menurut Sumarti, luas tanah yang dibelikan adalah 60 ubin atau kira-kira sama dengan 210 meter persegi.

"Setelah memberikan tanah ini kepada keluarga pada tahun 2013 lalu, Sumarti pernah bilang kepada saya, tanah ini untuk jaga-jaga kebutuhan sekolah putra satu-satunya besar nanti," ujar dia seraya menirukan pesan Sumarti pada saat itu.

Tabungan Rp 181 juta

Selain itu, Suratmi juga bercerita bahwa sebelum berangkat ke Hongkong terakhir kali, anaknya sempat menitipkan buku tabungan Bank BNI kepadanya.

"Awal bulan Agustus 2014 lalu, sebelum berangkat ke Hongkong, Sumarti menitipkan buku rekening tabungan ini kepada saya. Dan bilang kalau ada waktu luang, dia meminta saya untuk nge-print di Bank BNI, katanya untuk mengetahui berapa uang yang tersimpan di dalamnya," ujar Suratmi.

Suratmi menjelaskan, rekening tabungan di Bank BNI itu adalah tabungan milik Sumarti pribadi. Karena, saat itu Sumarti hanya bilang menitipkan buku rekening tabungan supaya disimpan di rumah.

"Saya baru coba cek tabungan rekening di Bank BNI Cilacap, bulan Oktober 2014 lalu, saya baru tahu kalau tabungan yang tersimpan sebesar Rp 181 juta," kata dia.

Saat disinggung uang tabungan milik pribadi Sumarti, sebesar Rp 181 juta, kata dia, uang itu rencananya akan digunakan untuk merenovasi rumahnya di Cilacap.

"Ya memang, saat mau berangkat dulu, Sumarti pernah bercerita kalau dia sudah mempunyai uang tabungan untuk merenovasi rumah ini. Tapi saat itu saya bilang, jangan direnovasi dulu sebab dia belum memiliki suami," papar dia.

Kerja di restoran

Selama bekerja di Hongkong, lanjut dia, Sumarti kerap kali bercerita kepada keluarganya baik melalui HP ataupun saat pulang ke rumah, jika kehidupan dia di Hongkong sangat biasa dan sederhana.

Kepada keluarga, Sumarti mengaku hidup hemat dan tidak suka jalan-jalan yang nantinya akan menghabiskan uang dari hasil jerih payahnya selama bekerja di sana.

"Saat berkomunikasi lewat HP, Sumarti selalu bilang, saya di sini (Hongkong) bekerja di restoran dan hasil dari bekerja selalu ditabung di Bank untuk simpanan kebutuhan disana (Cilacap)," jelas dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com