Para saksi itu tidak ingin kesaksian yang diberikan menjadi tidak objektif jika pemeriksaan dilakukan di kantor polisi.
"Beberapa kali pemeriksaan kami minta dilakukan di rumah salah satu tokoh masyarakat Desa Kebonagung," kata Hariyono yang juga menjadi salah satu saksi yang diperiksa polisi, Rabu (5/11/2014).
Kata Hariyono, kesaksian dari warga akan menjadi fakta hukum yang sangat berharga dalam mengungkap kasus kematian pria yang bekerja sebagai sopir angkutan barang antar-kota itu.
"Karena itu, kami ingin kesaksian warga benar-benar objektif tanpa ada intervensi dari pihak lain," tandasnya.
Menurut Harioyono, sampai saat ini, warga tetap curiga akan kematian Imron. Warga yakin ada sesuatu yang terjadi pada Sabtu (1/11/2014) dini hari di dalam sel tahanan Polsek Sukodono.
"Keluarga sudah menemukan bekas hitam di tubuh Imron, apalagi Imron menurut keluarga, tidak pernah mengidap penyakit serius," terang Hariyono.
Sabtu malam, warga Desa Kebonagung sempat meluapkan kekecewaannya kepada polisi, dengan memblokade jalan desa. Warga juga menyerang dua rumah anggota Polsek Sukodono yang berada di Perum Sukodono Permai, dan di sepanjang Jalan Desa Wulung-Sarirogo, Kecamatan Sukodono. Kaca teras rumah kedua rumah polisi itu pecah karena hantaman benda keras.
Sabtu pagi (1/11/2014), Imron ditemukan tewas di sel tahanan Polsek Sukodono. Imron dijebloskan ke penjara karena kasus penganiayaan terhadap polisi. Dia marah karena tidak ada yang bertanggung jawab atas insiden pelemparan batu yang mengenai kepala istrinya saat pertunjukan musik dangdut digelar di lapangan Desa Kebonagung, Jumat (31/11/2014) malam.