Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Kata Bupati Semarang soal Serbuan Gula Rafinasi

Kompas.com - 05/11/2014, 07:29 WIB
Kontributor Ungaran, Syahrul Munir

Penulis

SALATIGA, KOMPAS.com — Bupati Semarang Mundjirin mengaku tidak berdaya menghadapi serbuan gula rafinasi di pasaran, termasuk yang beredar di Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Dia tidak bisa berbuat banyak karena kebijakan soal gula rafinasi ada di tangan provinsi dan pemerintah pusat.

"Kalau kita di daerah, terus terang tidak mampu menjaga. Bagaimana caranya, ini dibutuhkan kesadaran. Bagaimanapun juga, yang diuntungkan adalah tengkulak, bukan petani tebu," kata Mundjirin di Tengaran, Selasa (4/11/2014).

Menurut Mundjirin, yang bisa dia lakukan adalah sebatas mengimbau para pengimpor. Dia mengatakan, hal yang lebih sulit diatasi adalah penjualan gula rafinasi non-pabrik. "Inilah yang menjadi tantangan kami, meskipun sebenarnya rendemen produksi gula dari Kabupaten Semarang bisa menyentuh angka rata-rata 6,3," papar dia.

Bupati yang juga dokter ini mengutarakan kekhawatirannya menghadapi masyarakat ekonomi ASEAN 2015. Begitu memasuki era itu, kata dia, semua sektor, termasuk tata niaga gula, akan berhadapan dengan mekanisme pasar bebas.

Dalam kesempatan itu, Bupati menyerahkan bantuan dari Dirjen Perkebunan Kementerian Pertanian kepada kelompok tani, berupa paket kegiatan pengembangan sumber daya air, dua traktor besar, dua pompa air, dua traktor putus akar, dan dua traktor tebang.

Sementara itu, Kepala Distanbunhut Kabupaten Semarang Urip Triyogo mengatakan, lahan tebu di wilayahnya saat ini tercatat mencapai 400 hektar, tersebar di tujuh kecamatan. Adapun seluruh hasil panen tebu dikirim ke tiga pabrik gula di Jawa Tengah, yakni PG Tasikmadu Karanganyar, PG Gondangbaru Klaten, dan PG Industri Gula Nusantara Cepiring Kendal.

"Kendala yang dihadapi petani, selain rendahnya rendemen, adalah harga gula yang terus anjlok, Rp 8.000 hingga Rp 8.200 per kilogram. Ini sangat memengaruhi minat dan pendapatan petani tebu," ujar Urip.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com