Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Obat Aborsi yang Marak di Bandung Bisa Sebabkan Kematian

Kompas.com - 02/10/2014, 14:48 WIB
Kontributor Bandung, Putra Prima Perdana

Penulis

BANDUNG, KOMPAS.com - Seorang blogger berinisial KI (32), ditangkap oleh Satuan Reserse Narkoba Polrestabes Bandung, karena menjadi salah satu pelaku yang tergabung dalam sindikat penjual obat pengugur kandungan secara online di Kota Bandung, Rabu (1/10/2014) malam.

Sindikat ini sudah berjualan obat aborsi selama lima tahun ke belakang, KI membuatnya dalam bentuk paket yang terdiri dalam beberapa jenis dan dijual dengan harga Rp 1,3 juta. "Biasanya dikirim pakai paket atau kadang COD (cash on delivery)," kata KI saat ditemui di Markas Satuan Narkotika Polrestabes Bandung, Jalan Sukajadi, Kota Bandung, Kamis (2/9/2014).

Dalam paket penggugur kandungan racikan pelaku yang disita polisi sebagai barang bukti, terdapat sejumlah obat yang ternyata adalah obat ilegal berjenis Gastrul Misoprostol 200 miligram, Cytotec Misoprostol 200 miligram, dan ampicilin.

Obat-obat tersebut diproduksi oleh perusahaan farmasi ternama. KI ternyata bukan seorang ahli farmasi, dia tidak memberikan dosis atau aturan pakai kepada konsumennya. Dalam paket tersebut, dia juga memberikan jamu pelancar bersalin buatan Sido Muncul.

"Ya jamunya sebagai peluntur. Jadi (janin) bisa gampang keluar. Saya juga enggak tahu harus minum berapa biar cepat," kata dia.

Ternyata, beberapa obat pabrikan seperti Gastrul Misoprostol 200 miligram dan Cytotec Misoprostol 200 miligram yang diberikan oleh pelaku adalah obat untuk penyembuhan saluran cerna dan maag akut. Obat ini hanya bisa dibeli dengan menggunakan resep dokter.

"Ini termasuk obat keras makanyaharus pakai resep," kata Kepala Bidang Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Dinkes Kota Bandung, Susatyo, saat ditemui di tempat yang sama.

Susatyo mengatakan, obat-obatan yang ada di dalam paket pengugur kandungan racikan KI sangat berbahaya. Selain efek perdarahan pada rahim, obat tersebut juga bisa mengakibatkan kematian.

"Obat ini bukan untuk aborsi tapi cuma diambil efek sampingnya saja. Efek samping paling jelas adalah hiper kontraksi pada rahim. Kalau tak tertahan dan terjadi perdarahan saat keguguran bisa fatal dan bisa menyebabkan kematian," ucap dia.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com