Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dolly dan Pesanan Para Pejabat...

Kompas.com - 18/06/2014, 07:50 WIB
Kontributor Malang, Yatimul Ainun

Penulis

SURABAYA, KOMPAS.com - Kawasan lokalisasi prostitusi yang dikenal sebagai Gang Dolly di Surabaya, Jawa Timur, rencananya ditutup pada Rabu (18/6/2014). Ini sekelumit cerita dari para mucikari tentang "bisnis" yang terpaksa tergusur, termasuk soal pesanan pejabat.

"Tak hanya 'anak nakal' yang suka PSK Dolly. Pejabat juga banyak yang pesan ke saya," aku saah satu pria mucikari di Gang Dolly yang mengenalkan diri dengan nama Ibal, kepada Kompas.com di depan salah satu wisma di Gang Dolly, Rabu dini hari. "Para PSK itu banyak yang menjadi langganan pria yang sudah berkeluarga. Pejabat juga ada."

Namun, Ibal menolak menyebutkan para pejabat yang biasa memesan PSK kepadanya. "Yang jelas saya tahu beberapa pejabat yang sering pesan PSK Dolly. Pejabat di Kota Surabaya kok," ujar dia.

Menurut Ibal, ada pula pejabat yang berselingkuh dengan PSK Gang Dolly. "Tapi yang banyak, pesan, minta dicarikan PSK yang berkelas." Dia pun mengatakan pengusaha berkantong tebal juga termasuk daftar langganan pemesan PSK "papan atas" tersebut.

Ibal pun mengatakan para mucikari dan PSK di kawasan ini bukan tidak tahu juga beda jalan benar dan salah. Namun, dia berkilah, semua orang yang berkubang di industri ini terdesak kebutuhan ekonomi.

"Bukan tidak tahu jalan yang benar dan jalan yang salah tapi (kami) melakukan semua ini karena kebutuhan ekonomi dan faktor lain yang tak bisa diungkapkan ke banyak orang," kilah Ibal. Karenanya, bila pemerintah hanya memberi pesangon Rp 5 juta kepada para PSK, nominal itu tak akan mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari para penyedia perempuan itu.

"Karena selain menghidupi dirinya, (mereka) juga menghidupi keluarganya," kata Ibal. Menurut Ibal, kekhawatiran terbesar dari penutupan Dolly adalah bila para PSK kemudian mengganggu suami orang. "Jika PSK itu merebut suami orang, kasihan anak istrinya," ujar dia.

Ibal berharap Gang Dolly tetap beroperasi seperti biasa. "Serahkan baik dan buruk itu kepada Tuhan. Hanya Tuhan yang berhak memberikan (penilaian) orang itu baik atau tidak," ujar dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com