"Memberikan pesangon dan menyediakan lapangan kerja baru bagi PSK di Dolly itu memang harus. Tapi yang utama juga bagi Pemkot Surabaya adalah memberikan atau menyediakan rehabilitasi mental atau "revolusi mental" secara rutin bagi PSK Dolly," ujar Ketua Kaukus Perempuan Politik Indonesia (KPPI) Malang, Ya'qud Ananda Gudban, kepada Kompas.com, Rabu.
Nanda, panggilan Ya'qud, mengatakan pemberian solusi bersamaan dengan penutupan kawasan lokalisasi prostitusi tersebut merupakan keharusan. Bersamaan, ujar dia, pengawalan dan pengawasan harus dilakukan.
"Andai ada 1.000 PSK, ketika pulang ke kampung masing-masing mereka sudah harus merasa aman dalam hal ekonomi," kata Nanda. APBD Kota Surabaya, sebut dia, menjadi sumber pendanaannya.
"Namun kami menyadari bahwa walaupun telah terfasilitasi demikian, mereka biasanya tetap mencari siasat yang lebih untuk kembali menjadi PSK. Karenanya, pendidikan mental harus rutin dilakukan," papar Nanda. Karenanya, ujar dia, pembinaan mental tidak boleh putus, dilakukan berkala dan terkontrol.
Pembinaan mental dan juga pengawasan harus melekat pada tempat-tempat yang berpotensi menjadi lahan baru bagi PSK. "Semua daerah harus berupaya bagaimana semua lokalisasi bisa ditutup atau minimal tidak lagi menerima PSK baru. Jika demikian, maka(PSK) akan habis dengan sendirinya. Intervensi pemerintah harus tetap ada," kata Nanda.
Selain peran aktif pemerintah, lanjut Nanda, peran serta masyarakat juga sangat penting. Baik ikut serta dalam pemantauan maupun menginformasikan pada yang berwajib. "Yang jelas, rehabilitasi mental sangat penting untuk para PSK supaya tidak lagi menjadi PSK.
Rehabilitasi mental tersebut, ujar Nanda, merupakan langkah untuk menghapus semua toleransi pembenaran atas kehadiran prostitusi. Karena alasan apapun, terutama ekonomi, seharusnya bukan pembenaran setiap orang menempuh jalan salah.
"Peran pemuka agama sangat penting. Tak ada jalan lain, Pemkot Surabaya memang harus menutup Dolly. Semua pihak harus menyadari juga, bahwa menjual diri atau menjadi pelacur, tidak dibenarkan oleh agama apapun," tegas Nanda.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.