Wisnu menilai, warga belum sepenuhnya menerima konsep recovery yang ditawarkan Pemkot Surabaya pasca-penutupan Gang Dolly.
"Pemkot harus lebih intensif lagi bertemu dengan warga sekitar dan merumuskan konsep terbaik yang saling menguntungkan," katanya, Senin (13/5/2014) sore.
Menurut Wisnu, kalau hanya memberi pesangon kepada pekerja seks komersial (PSK) dan juga mucikari, itu bukan solusi. Tanggung jawab Pemkot, kata Wisnu, menjamin keberlangsungan pendapatan warganya.
"Kalau Dolly ditutup, Pemkot harus menjamin pendapatan warga sekitar yang sudah lama bertumpu pada aktivitas prostitusi seperti jual rokok, tukang parkir, tukang cuci, dan pekerjaan lainnya," ujar Wisnu.
Jika Dolly ditutup, kata Wisnu, dipastikan muncul banyak prostitusi terselubung, berbentuk kos-kosan, karaoke dewasa, panti pijat, dan sebagainya, yang justru akan merugikan Pemkot. Sekarang saja, kata Wisnu, sudah banyak muncul kos-kosan yang dipakai mesum.
Pemkot Surabaya, didukung Pemprov Jatim, akan menutup lokalisasi yang konon terbesar di Asia Tenggara itu pada 19 Juni atau menjelang bulan puasa.
Miliaran anggaran disiapkan untuk pesangon PSK dan mucikari, pelatihan PSK, dan membeli wisma lokalisasi. Saat ini, ada sekitar 1.080 PSK di kompleks lokalisasi Dolly yang beroperasi. Mereka aktif di puluhan wisma dengan sekitar 300 lebih mucikari.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.