Muak, Warga Copot Atribut Kampanye dan Ancam Golput

Warga merasa tak penting untuk memilih para wakilnya untuk duduk di DPRD Kabupaten, DPRD Provinsi, dan DPR RI. Mereka mengaku kecewa dan muak dengan para anggota dewan dan pemerintah yang telah mereka pilih sebelumnya karena dinilai tak berpihak kepada warga.

"Untuk apa kami memilih? Yang sudah kami pilih saja tidak ada manfaat bagi warga, mereka hanya bisa berjanji dan butuh kepada kami di saat mau pemilu saja," kata Samsuwir (45), salah satu tokoh masyarakat Desa Cot Met, kepada Kompas.com, Selasa (12/03/2014).

Menurut Samsuwir, salah satu persoalan yang tidak diselesaikan adalah sengketa lahan desa seluas 350 hektar dengan PT. Fajar Bayzuri sejak tahun 1996. Warga menilai, pemerintah terkesan membela kepentingan perusahaan.

Jika tidak mengindahkan aksi ini, warga mengancam sebanyak 870 jumlah pemilih di desa mereka tidak akan memilih pada Pemilu 9 April mendatang.

Berdasarkan pantauan Kompas.com, sekitar 300 warga turun dalam aksi penurunan atribut kampanye itu. Mereka bubar setelah desa bersih dari atribut-atribut partai dan caleg. Bahkan, spanduk KPU bertuliskan "Sukseskan Pemilu 2014" pun ikut dicopot.