"Bukan karena erupsi," tegas Gede Swantika, Pelaksana Tugas Penyelidikan dan Pengamatan Gunung Api Pusat Vulkanologi Mitigasi dan Bencana Geologi kepada Kompas.com, Selasa (18/2/2014).
Hawa panas dari lahar yang disaksikan warga itu, kata Gede Swantika, dimungkinkan terjadi karena terbongkarnya tumpukan material vulkanis yang ada di sekitar puncak gunung oleh air hujan. Sementara itu, muntahan material yang ada di sekitar puncak gunung cukup tebal. Karena ketebalan itulah, kata dia, tumpukan material paling bawah masih terasa panas.
"Jadi begitu kena air, dia terkelupas, jadi laharnya jadi agak panas, gitu," Gede menambahkan.
Sebelumnya, ada kabar bahwa aliran lahar yang meluncur dari puncak gunung terasa panas, lalu lama-lama mendingin seiring menjauhnya dari puncak gunung. Hal itu sempat dianggap sebagai hasil dari meletusnya kembali Gunung Kelud.
Saat ini, dari pantauan Posko Utama Radio Antar Penduduk Indonesia, aliran lahar tersebut sudah mencapai Kunjang atau sebelah utara dari Kecamatan Pare.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.