Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sebentar Lagi, Ponsel di Perbatasan Bisa Dipakai Menelepon

Kompas.com - 03/12/2013, 18:25 WIB
Kontributor Samarinda, Yovanda Noni

Penulis


SAMARINDA, KOMPAS.com — Minimnya jaringan informasi di perbatasan Kalimantan Timur (Kaltim)-Malaysia, membuat pemerintah Provinsi (Pemprov) Kaltim berkewajiban membangun sejumlah base transceiver station (BTS) atau menara telekomunikasi seluler di kawasan tersebut.

Proyek tersebut bertujuan untuk mengurangi krisis telekomunikasi di perbatasan. Pasalnya, telepon seluler yang dimiliki masyarakat di perbatasan tidak difungsikan untuk menelepon, tetapi hanya untuk memotret dengan kamera atau memutar musik saja.

Meski tahun 2010 Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) sudah membangun 18 menara, tetapi menara tidak dapat berfungsi karena rusak.

Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Kaltim, Abdullah Sani, mengatakan, saat ini sudah tiga menara yang rampung dikerjakan di perbatasan Indonesia-Malaysia di wilayah Kaltim. Hanya, menara tersebut belum bisa difungsikan lantaran masih menunggu serah terima dari TNI ke pemerintah.

“Pemprov akan membangun banyak menara di perbatasan. Saat ini sudah ada empat menara, anggarannya menggunakan APBD Pemprov Kaltim. Masing-masing menara menghabiskan Rp 3,5 miliar,” jelasnya, Selasa (3/12/2013).

Menara-menara tersebut berdiri di Desa Long Layu, Kecamatan Kayan Selatan, Kabupaten Nunukan. Ada juga di Desa Agung Baru, Kecamatan Sungai Boh, Kabupaten Malinau. Serta di Desa Long Apari, Kecamatan Long Apari, Kabupaten Mahakam Ulu.

Menurut Abdullah, pembangunan menara-menara tersebut dilakukan sejak tahun 2011. Proses lelang sudah dilakukan, tetapi pemprov kesulitan mencari relasi lantaran kondisi perbatasan yang jauh dan tidak ada akses yang nyaman.

Karena tak ada peserta lelang yang berminat, akhirnya pembangunan diserahkan ke TNI. Dari proses pembangunan itu, perbatasan memiliki tiga menara baru. “Harga normalnya satu BTS itu Rp 1 miliar. Karena di perbatasan akses menuju lokasi yang tidak ada, maka satu BTS dianggarkan Rp 3,5 miliar. Bayangkan saja, untuk mengangkut material, TNI harus menggunakan helikopter,” tambahnya.

Saat ini, lanjut dia, pihaknya telah bekerja sama dengan salah satu penyedia layanan telekomunikasi seluler di Indonesia, yakni Telkomsel. Dengan membuat nota kesepahaman antara gubernur Kaltim, bupati di tiga kabupaten, dan Telkomsel, perbatasan akan segera mendapat sinyal yang kuat. Rencananya, Pemprov Kaltim dalam lima tahun ke depan menargetkan pembangunan 50 menara BTS.

“Rencananya tiap tahun pemprov akan membangun 10 menara. Jumlah tersebut sudah cukup untuk menutupi daerah blank spot atau tidak bersinyal. Gubernur menyiapkan anggaran, bupati menyiapkan lahan dan perizinan, sedangkan Telkomsel menyiapkan jaringan dan SDM-nya,” tutupnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com