Pantauan Kompas.com, aksi sekelompok mahasiswa itu awalnya beragenda hearing dengan anggota dewan di kantor DPRD Kabupaten Tasikmalaya, terkait permasalahan pasir besi dan penuntasan dugaan kasus korupsi perjalanan dinas bupati Tasikmalaya. Namun, mereka kecewa karena sama sekali tidak ditemui seorang pun anggota dewan. Mereka kemudian melakukan aksi segel kantor dewan dengan beberapa tulisan dalam kertas.
Aksi tersebut mendapatkan pengawalan ketat petugas kepolisian. Tak puas dengan demo di gedung DPRD, aktivis mahasiswa yang menggunakan sepeda motor itu kemudian menuju kantor Bupati Tasikmalaya, yang masih sekompleks. Mereka menerobos barikade polisi yang jumlahnya sedikit karena sebagian masih mengikuti massa aksi.
Setelah sampai di ruangan bupati, para mahasiswa melepaskan kekesalannya dengan merusak meja dan membanting kursi serta mengacak-acak dokumen di ruangan. Petugas kepolisian yang berada di belakangnya langsung menghadang sehingga terlibat baku hantam.
Beberapa mahasiswa dan petugas kepolisian mengalami luka lebam akibat saling pukul. Akibat kejadian itu, beberapa orang mahasiswa terpaksa diamankan petugas kepolisian karena dianggap sebagai provokator.
"Saya kaget pak, ada mahasiswa langsung masuk ke sini dan membanting meja, kursi dan beberapa dokumen di kantor ini," terang salah seorang staf Sekretariat Bupati Tasikmalaya, Winardi kepada sejumlah wartawan di lokasi kejadian, Jumat (22/11/2013) sore. Kini, beberapa petugas kepolisian masih menjaga gedung pemerintahan tersebut. Akibat berbuat anarkis, aksi mahasiswa dibubarkan paksa oleh kepolisian.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.