Aksi tersebut berlangsung saat anggota DPRD Sumenep sedang menggelar sidang paripurna hari Jadi Ke-744 Kabupaten Sumenep. Massa mendesak masuk ke kantor DPRD Sumenep. Namun dilarang oleh ratusan polisi yang berbaris di depan gedung DPRD.
Massa kemudian membakar ban bekas. Kepulan asap hitam pekat masuk ke gedung hingga menyebabkan beberapa staf DPRD lari berhamburan. Massa mencoba menerobos barikade polisi, namun kembali gagal.
Salah satu mahasiswa berhasil menerobos dan masuk ke halaman kantor DPRD. Polisi kemudian mengejar mahasiswa tersebut. Dalam sekejap, konsentrasi polisi dan massa buyar. Ada mahasiswa yang naik ke tiang bendera hendak memasang bendera merah putih setengah tiang, namun dihalau polisi.
Aksi kejar-kejaran antara polisi dengan mahasiswa pun tidak terhindari. Salah seorang pendemo, Hazmi tertangkap. Dia kemudian dipukul polisi dengan tangan kosong tepat mengenai perutnya. Akibatnya Hazmi pingsan.
Melihat rekannya dianiaya, mahasiswa lain menjadi semakin liar. Mahasiswa bergantian memukuli polisi. Namun jumlah mahasiswa dan polisi tidak sebanding, maka pendemo pun melarikan diri. Hazmi kemudian dilarikan ke rumah sakit dr Moh Anwar Sumenep.
Eko, koordinator aksi mengaku kecewa dengan aksi pemukulan rekannya oleh polisi hingga yang bersangkutan pingsan. "Polisi sudah bertindak anarkis kepada warga sipil yang datang baik-baik menyampaikan aspirasinya soal pembangunan di Sumenep. Kenapa kawan kami dipukuli? Kami akan tuntut pelakunya," terang Eko.
Aksi kemudian bubar karena massa menuju rumah sakit untuk menunjukkan solidaritas kepada rekannya yang terluka dan pingsan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.