Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bawang Merah Capai Harga Rp 120.000 Per Kilogram

Kompas.com - 16/08/2013, 13:28 WIB
Kontributor Kolaka, Suparman Sultan

Penulis

KOLAKA, KOMPAS.com — Harga bawang merah di Kolaka, Sulawesi Tenggara, semakin melambung tinggi. Di Pasar Sentral Kolaka, para pedagang menjual bawang merah seharga Rp 120.000 per kilogram. Padahal, harga normal berkisar Rp 20.000-Rp 25.000 per kilogram.

Kekurangan pasokan menjadi alasan dari kenaikan harga tersebut. Menurut kesaksian para pedagang, pemasok terbesar bawang merah dari Kabupaten Enrekang dan wilayah Bima di Nusa Tenggara Timur kini tersendat.

"Ini juga berpengaruh pada musim panen, misalnya di daerah Enrekang itu sudah selesai musim panen sehingga sulit mengirim stok bawangnya ke Kolaka," kata salah satu pedagang, Sudirman, Jumat (16/8/2013).

Selain itu, menurut Sudirman, berdasarkan laporan dari distributior yang ada di Bima, NTT, lahan pertanian khusus bawang di daerah tersebut tersapu bencana banjir. "Nah beda lagi kalau kita ambil langsung pada pengumpul itu kisaran harganya sampai Rp 100.000 per kilogram. Jadi, yang kita jual saat ini stok dari pengumpul, makanya harganya sampai Rp 120.000," tegasnya.

Alasan yang sama juga dikatakan pedagang lain yang ada di pasar tradisional yang ada di Kecamatan Baula. Menurut Asmir, apa yang terjadi di Pasar Sentral Kolaka juga terjadi di pasar tradisional.

"Di sini juga harganya naik sampai Rp 100.000 lebih satu kilogramnya. Nampaknya harga bawang merah ini terus melambung sebab menghadapi musim panen masih sangat lama waktunya," cetus Asmir.

Kenaikan harga yang luar biasa ini tentu dikeluhkan warga, khususnya para pengelola rumah makan. "Bawang itu kebutuhan pokok bagi kami pengelola rumah makan. Tetap kita beli karena tidak ada pilihan lain. Tinggal kita yang mengatur penyajiannya pada pelanggan. Artinya ada pengurangan. Saya harap harga kembali bisa normallah," kata Sumi, salah satu pengelola rumah makan di Kolaka.

Dinas Koperasi dan Perdagangan Kolaka belum bisa memutuskan langkah yang akan diambil. Mereka mengaku masih mempelajari masalah ini. "Kita masih lihat dulu perkembangannya. Masalahnya di Kolaka sendiri masih minim petani yang bercocok tanam bawang," kata salah satu staf dinas yang namanya enggan disebutkan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com