Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gaukang Tubajeng, Perayakan HUT Kemerdekaan ala Bajeng

Kompas.com - 14/08/2013, 10:29 WIB
Kontributor Makassar, Rini Putri

Penulis

MAKASSAR, KOMPAS.com - Warga Kecamatan Bajeng, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, Rabu (14/8/2013) pagi telah memperingati Hari Kemerdekaan RI atau dikenal dengan Gaukang Tubajeng (pesta besar orang bajeng) di halaman rumah adat Ballalompoa.

Pada puncak acaranya, warga Bajeng yang mengenakan pakaian adat Sulawesi Selatan itu mengibarkan bendera pusaka yang disebut dengan bendera jole-jolea. Sebuah bendera berwarna merah dengan ornamen warna putih. Selain itu dikibarkan juga sebuah bendera berwarna merah polos yang menurut pesan adalah bendera perang.

Apabila keduanya dikibarkan dengan bersamaan maka berarti bahwa Bajeng dalam keadaan darurat atau siap perang.

Sekretaris Batang Banoa Pammase, Sarifuddin Tokkoang mengatakan dilihat dari sejarahnya, Kerajaan Bajeng merupakan satu-satunya kerajaan yang mengibarkan pertama kali bendera jole-jolea bersamaan dengan bendera merah putih yang mendahului proklamasi 17 Agustus 1945.

"Menurut sejarah, tanggal 14 Agustus 1945 bendera jole-jolea bersamaan bendera merah putih dikibarkan terlebih dahulu sebagai bentuk Indonesia telah merdeka," jelasnya.

Menurut cerita sejarah, tepat hari Jumat (10/8/1945) seorang perwira Jepang bernama Fukushima datang di Balla Lompoa, Limbung Bajeng, untuk melihat benda-benda pusaka peninggalan nenek moyang Tubajeng yang disimpan oleh keluarga besar Tubajeng.

Benda-benda pusaka itu baru bisa dilihat oleh Fukushima, apabila dihadiri dan disaksikan oleh Batang Banoa Appaka atau disebut empat kelompok kampung.

Keesokan harinya, ke empat Batang Bannoa hadir dan menemui Fukushima, disaat yang bersamaan pula, Fukushima kemudian menceritakan bahwa Jepang sudah kalah, setelah kota Hiroshima dan Nagasaki hancur setelah dibom oleh sekutu.

Fukushima pun kemudian menarik tentara Jepang dan meninggalkan Indonesia dan Imperialisme Belanda akan kembali memerintah Indonesia. Akhirnya, disepakati bahwa Gaukang Tubajeng ditetapkan pada tanggal 14 Agustus 1945. Bersamaan pula kedua bendera di Sussuru dan dikibarkan pada satu tiang bambu, berdampingan dengan bendera merah putih.

Saat itupula, keluarga besar Tubajeng siap perang melawan penjajahan Belanda. Namun sebelum berperang, kerajaan Bajeng melakukan ritual selama tiga hari tiga malam di sebuah sumur yang disebut Bungung Barania untuk Addinging-dinging yang bertujuan agar dalam perang kerajaan Bajeng tetap tenang menghadapi musuh.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com