Fenomena itu seperti yang terjadi di Kecamatan Binuang, Selasa (23/7/2013). Jumlah sembako yang hanya 400 hingga 500 paket di setiap titik lokasi pembagian menyebabkan banyak warga miskin, seperti tukang becak dan tukang ojek yang mendatangi lokasi pembagian, terpaksa gigit jari. Panitia menyatakan kupon sembako sudah habis terbagi.
Sejumlah warga miskin memprotes pembagian sembako subsidi justru didominasi para pegawai dan kalangan berduit, sementara warga miskin yang paling berhak hanya bisa jadi penonton.
Panda, salah satu tukang becak, ini mengaku kecewa lantaran tak kebagian kupon sembako. Padahal, pagi-pagi sebelum pembagian dilakukan, Panda sudah mendatangi panitia, tetapi kupon telah habis.
"Saya kecewa Pak, ratusan warga miskin seperti saya tidak dapat kupon, sementara banyak yang mengantre mendapatkan sembako murah adalah pegawai dan kalangan mampu," ucap Panda, seorang tukang becak di Polewali Mandar.
Sejumlah warga miskin di tempat lain juga mengalami hal serupa. Sebagian besar kupon sembako malah dibeli orang mampu.
Ketua Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Provinsi Sulawesi Barat Hj Eni Angreni Anwar menyatakan, pembagian sembako ini dilakukan Pemprov Sulbar bekerja sama dengan PKK Sulbar di enam kabupaten. Tujuannya adalah sebagai bentuk partisipasi pemerintah untuk meringankan beban masyarakat miskin di tengah melonjaknya semua harga kebutuhan pokok di pasaran.
Paket sembako ini terdiri dari 1 kilogram gula pasir dan terigu, 2 kilogram beras, 1 liter minyak goreng, 1 botol sirup, 1bungkus mentega, dan 5 bungkus mie instan. Satu paket sembako senilai Rp 90.000, tetapi dijual Rp 30.000.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.