YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Dinas Kesehatan Kabupaten Gunungkidul, DI Yogyakarta, menyebut ada seorang anak meninggal dunia karena Demam Berdarah Dengue (DBD). Anggaran fogging sudah habis.
"Tambah satu kematian, sudah dilakukan antisipasi fogging pagi tadi. Jadi total (selama tahun 2024) sudah 600 an kasus sampai hari ini, dengan tiga kematian," kata Kepala Dinas Kesehatan Gunungkidul Ismono saat ditemui di kantornya Kamis (16/5/2024).
Dijelaskannya, kasus kematian terakhir terjadi pada seorang anak laki-laki kelas 2 SMP, Warga Nitikan, Semanu, meninggal pada Rabu (15/4/2024).
Baca juga: Hingga April 2024, 5.700 Warga Jateng Terserang DBD dan 148 Meninggal
Dari penelusuran, kondisi korban sudah membaik karena sudah periksa di fasilitas kesehatan swasta, setelah beberapa hari mengalami Dengue Shock Syndrome (DSS).
"Info yang kami terima, anak itu tinggal dengan simbahnya (neneknya), termasuk kurang mampu," kata Ismono.
"Tadi pagi langsung difogging di sekitar lokasi (rumah korban)," kata dia.
Ismono menyebut, sudah ada penurunan kasus DBD sejak Maret 2024 lalu, karena curah hujan menurun. Namun masih ditemukan kematian.
Dia mengakui, untuk mencegah penularan memang seharusnya dilakukan pengasapan atau fogging. Namun karena keterbatasan anggaran, hal itu belum dilakukan.
"Untuk fokus foggingnya sudah habis sebanyak 33 lokus, ini menjadi PR (Pekerjaan rumah) kami karena penganggaran sudah habis dan abate tinggal stok 60 kilogram, belum ada biaya pembelian lagi," kata dia.
Pihaknya sudah melakukan rapat koordinasi dengan DPRD Gunungkidul terkait permasalahan ini. Sehingga ke depan diharapkan ada solusi terkait penganggaran fogging dan pencegahan DBD lainnya.
"Misalnya nanti ada dana untuk fogging sebelum penularan, nanti daerah endemis kita petakan kita fogging dulu," kata dia.
Baca juga: Cegah DBD, Petugas Rutin Lakukan Fogging di Asrama Haji Surabaya
Ismono meminta masyarakat dapat melakukan pencegahan DBD secara mandiri di rumah dengan melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengan 3M, yakni: