BANYUMAS, KOMPAS.com - Perajin ketupat di Desa Datar, Kecamatan Sumbang, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, terdampak kenaikan harga beras.
Mereka terpaksa memperkecil ukuran ketupat yang dibuat agar tidak terus merugi.
Salah satu perajin ketupat, Purwanto mengatakan, kenaikan harga beras mengakibatkan margin keuntungannya berkurang.
Baca juga: Harga Beras Tinggi, Sultan Berharap Petani Dapat Untung
"Untung tipis sekali, bahkan kadang enggak nutup modalnya. Makanya ukuran diperkecil, tapi pengurangannya enggak terlalu kelihatan," kata Purwanto di rumahnya, Kamis (22/2/2024).
Dalam sehari, Purwanto rata-rata memproduksi 2.300 sampai 2.500 ketupat. Ketupat tersebut dipasarkan ke sejumlah pasar tradisional di wilayah Banyumas.
"Sehari saya menghabiskan kurang lebih satu kuintal beras. Waktu awal kenaikan harga beras saya sempat mengurangi sedikit produksi," ujar Purwanto yang telah belasan tahun menjadi perajin ketupat ini.
Hal senada disampaikan perajin ketupat lainnya, Sukati. Ia memperkecil ukuran ketupat agar tidak merugi.
"Harga beras mahal bikin susah. Hitungannya rugi, hanya cukup buat makan saja. Awalnya harga beras medium Rp 10.000- Rp 11.000 per kilogram, naik terus sekarang sampai Rp 16.000 per kilogram," kata Sukati.
Namun Sukati tidak berani menaikkan harga jual ketupat karena takut ditinggal pelanggan. Ia menjual ketupat tetap dengan harga Rp 700 per buah.
"Harganya tetap sama, yang penting pelanggan tidak pergi ," ujar Sukati.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.