SOE, KOMPAS.com – Sejumlah anak di Soe, Timor Tengah Selatan (TTS), Nusa Tenggara Timur (NTT), menulis surat untuk Presiden Joko Widodo.
Surat berisi beragam unek-unek. Mulai dari keresahan atas tingginya kekerasan anak, banyaknya anak putus sekolah, minimnya pelayanan kesehatan, infrastruktur jalan yang jelek, hingga sekadar bercerita tentang cita-cita.
Baca juga: 5.479 Warga Korban Erupsi Gunung Lewotobi di NTT Masih Mengungsi
Salah seorang anak bernama Lena (16) mencurahkan isi hatinya terkait tingginya angka kekerasan terhadap anak oleh orangtua di lingkungan tempat tinggalnya.
“Bapak Presiden, sering saya jumpai di masyarakat, orangtua menasihati atau membimbing anak bukan dengan kalimat yang baik, tetapi dengan benturan fisik,” tulis Lena, Selasa (6/2/2024).
Lena sendiri merasa beruntung karena ia tumbuh dan berkembang di tengah keluarga yang hangat dan jauh dari kekerasan.
Oleh sebab itu, ia ingin anak-anak lain di lingkungannya bisa keluar dari lingkaran kekerasan di keluarga.
Baca juga: Jokowi Terima Kunjungan Menlu Malaysia, Ada Pembahasan Ekonomi sampai Investasi IKN
Anak lainnya bernama Yosna (15) mencurahkan isi hati yang kurang lebih sama. Ia yang selama ini aktif menyosialisasikan antikekerasan terhadap anak itu mendapati temannya sendiri mengalami kekerasan seksual oleh orang terdekat.
“Ada anak berusia 15 tahun dihamili oleh seorang berumur kurang lebih 50 tahun. Kasusnya sudah dilaporkan ke pihak yang berwajib, tapi belum ditindaklanjuti sampai sekarang. Tak tahu alasannya apa,” tulis Yosna
Pada bagian akhir surat, Yosna berharap Presiden Jokowi memberikan perhatian bagi kasus kekerasan seksual di daerah-daerah terpencil seperti desanya.
Sementara itu, anak lainnya bernama Sela (14) menyoroti jalan di desanya yang tidak pernah tersentuh pembangunan.
Masyarakat setempat yang kebanyakan berprofesi sebagai petani dan pedagang seringkali kesulitan dalam beraktivitas. Apalagi pada musim penghujan, beberapa titik jalan kerap dilanda bencana longsor sehingga masyarakat harus mencari jalan berputar yang jauh.
“Harga barang menjadi naik karena para penjual menempuh perjalanan yang cukup jauh. Pada musim panas, jalan berdebu, sedangkan pada musim hujan, jalanan banyak lumpurnya,” tulis Sela.
Baca juga: Kisah Rudik, Pria Asal Kota Batu yang Hidup dalam Kegelapan Malam di Rumah Tak Layak Huni
“Untuk itu, melalui surat ini, saya berharap semoga di tahun ini, Bapak Presiden bersama pemerintah kalau bisa mengabulkan permintaan kami dengan memberikan bantuan melalui akses jalan,” lanjut dia.
Cici (14) berbeda dengan anak lain. Ia mencurahkan isi hatinya soal keinginannya untuk menjadi seorang perawat.
Ia bercerita, sudah bercita-cita sebagai perawat sejak duduk di bangku SD. Saat itu, ia melihat perawat di rumah sakit daerahnya merawat sang ayah yang sakit berat dengan sangat baik.