JAYAPURA, KOMPAS.com - Pesawat Pilatus Porter Susi Air PK-BVY dengan nomor penerbangan SI 9368 yang dipiloti Kaptain Philip Mark Merthens, terbang dari Timika, Mimika, pada 7 Februari 2023 pukul 05.33 WIT dengan membawa lima orang penumpang.
Lalu pada 06.17 WIT, atau sesaat setelah mendarat di Paro, pesawat tersebut dikabarkan hilang kontak.
Pada 07.28 WIT, manajemen Susi Air mendapat informasi bahwa pesawat mereka masih berada di Paro.
Baca juga: Titik Terang Pembebasan Pilot Susi Air Usai Setahun Disandera KKB
Dua jam kemudian, tepatnya 09.57 WIT, penerbangan PK-BVC melaporkan bahwa pesawat PK-BVY dibakar di tengah landasan. Saat itu tidak ada orang di sekitar pesawat, termasuk pilot.
Kemudian diketahui bahwa pilot yang merupakan warga Selandia Baru tersebut disandera oleh Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) pimpinan Egianus Kogoya.
Sebelum ada kepastian pada 14 Februari 2023, aparat keamanan baru berani menduga bahwa Philip ada bersama KKB karena wilayah tersebut selama beberapa bulan terakhir menjadi lokasi pelarian Egianus Kogoya.
Hal ini sempat diungkapkan oleh Kepala Operasi Damai Cartenz Kombes Faizal Ramadhani. Saat terjadinya kasus ini, Faizal juga menjabat sebagai Direskrimum Polda Papua.
Faizal menjelaskan, Egianus berada di Paro karena aparat keamanan mengejarnya setelah melakukan aksi pembunuhan di Kampung Nogolait, Distrik Kenyam, pada 16 Juli 2022. Dalam peristiwa tersebut, 12 warga tewas akibat luka tembak dan senjata tajam.
Baca juga: Kronologi Kontak Tembak dan Pembakaran Puskesmas di Ilaga, 1 Anggota KKB Tewas
Setelah terlibat kontak tembak selama beberapa hari, Egianus kemudian melarikan diri dan memilih menetap sementara di Distrik Paro.
"Paro itu markasnya Egianus," ujar Faizal pada 7 Februari 2023.
Sebelum KKB menyandera Philip, ternyata di lokasi tersebut sudah ada 15 pekerja bangunan yang akan membangun Puskesmas Paro sejak Desember 2023.
Pada 4 Februari 2024, para pekerja bangunan itu diancam akan dibunuh bila tidak segera meninggalkan Paro. Salah satu pekerja bangunan itu, Zakarias Behuku menceritakan, ancaman KKB tak disampaikan langsung kepada pekerja.
Para pekerja mengetahui ancaman itu dari pria bernama Edo, kontraktor pembangunan Puskesmas Paro.
"Minggu (5/2/2023), kontraktor kita datang dan kasih tahu harus keluar dalam dua hari. lalu kontraktor bagi uang (honor) habis, Senin (6/2/2023) kita mulai jalan," ujarnya di Timika, Kamis (9/2/2023).
Baca juga: Selandia Baru Desak Pembebasan Pilot Susi Air Setelah Setahun Disandera
Sebanyak 15 pekerja itu dipandu lima warga setempat untuk berjalan kaki ke Distrik Kenyam.