Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cawapres Gibran dan Mahfud MD Debat Soal "Greenflation", Apa Itu?

Kompas.com - 22/01/2024, 14:14 WIB
Maya Citra Rosa

Penulis

KOMPAS.com - Calon wakil presiden (Cawapres) nomor urut 2 Gibran Rakabuming Raka melempar pertanyaan kepada cawapres nomor urut 3, Mahfud MD mengenai Greenflation.

Pertanyaan ini saat debat cawapres yang diselenggarakan Komisi Pemilihan Umum (KPU) pada Minggu (21/1/2024) kemarin.

Gibran menanyaka mengenai bagaimana cara mengatasi Greenflation.

Mendapat pertanyaan tersebut, Mahfud MD menjabarkan mengenai definisi ekonomi hijau dan membahas mengenai pemanfaatan recycle sampah agar bernilai ekonomi.

"Nah oleh sebab itu kalau untuk mengatasi inflasi itu tentu yang paling gampang kan kebijakan-kebijakan diatur saja datanya di sini, kan harus ada data kecenderungannya di sini, begini kebijakannya harus begini, kecenderungannya di sini begini kebijakannya harus begini," ujarnya.

Mendengar jawaban tersebut, justru menyebut merasa tidak mendapatkan jawaban dari maksud pertanyaannya..

"Saya tanya masalah inflasi hijau kok malah menjelaskan ekonomi hijau," ujar Gibran.

Baca juga: Momen Aksi Panggung Gibran Tanggapi Mahfud soal Greenflation: Saya Nyari-nyari Jawabannya..

Lantas apa itu greenflation?

Berdasarkan istilah singkatannya, greenflation berasal dari dua kata yaitu "green" atau hijau dan "inflation" atau inflasi.

Greenflation adalah istilah yang berkaitan dengan kondisi kenaikan harga material dan energi akibat transisi atau perubahan ke energi hijau.

Fenomena greenflation itu terjadi ketika perubahan iklim dan upaya untuk menjaga lingkungan justru membuat biaya dan harga bahan baku yang dikeluarkan untuk menciptakan energi hijau menjadi lebih mahal.

Pakar Lingkungan Universitas Indonesia, Mahawan Karuniasa menjelaskan, dalam bahasa sederhananya, greenflation adalah dampak yang terjadi saat transisi hijau yang beralih dari produk tidak ramah lingkungan menuju ekonomi hijau.

"Ada premium cost sehingga mengakibatkan adanya premium price, artinya kita menginternalisasi biaya-biaya yang selama ini dianggap gratis oleh manusia," ujarnya.

Hal ini yang membuat produk ramah lingkungan maupun tidak ramah lingkungan itu menjadi lebih mahal.

Namun ia menekankan, produk mahal itu karena salah satunya dipengaruhi oleh teknologi yang baru. Meski demikian, cepat atau lambat, harga produk ramah lingkungan akan menurun harganya.

Baca juga: Soroti Debat Cawapres, Aktivis Lingkungan: Kalau Berani, Cabut UU Cipta Kerja

"Secara sederhananya, greenflation itu dapat disebabkan 2 hal, pertama karena biaya produksi ramah lingkungan masih membutuhkan biaya lebih tinggi dibanding produk tidak ramah lingkungan karena proses internalisasi biaya lingkungan dan sosial," ujarnya.

Kedua, produk yang digantikan oleh produk ramah lingkungan otomatis suplainya menurun sehingga harganya naik.

Meski demikian, menurutnya, kekhawatiran mengenai greenflation jangan sampai menjadi hambatan untuk transisi menuju energi hijau.

Dengan harga-harga yang naik, adanya greenflation, tapi barang-barang yang dibeli dengan harga tinggi itu juga untuk melestarikan lingkungan.

"Karena manusia selama ini menganggap gratis apa yang seharusnya tidak gratis di alam, tidak dikembalikan uang kerusakan akibat memproduksi barang," tambahnya.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Prakiraan Cuaca Manado Hari Ini Selasa 21 Mei 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Manado Hari Ini Selasa 21 Mei 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Regional
DPC PDI-P Kota Yogyakarta Perpanjang Penjaringan Bakal Calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota

DPC PDI-P Kota Yogyakarta Perpanjang Penjaringan Bakal Calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota

Regional
Napi Anak Pembunuh Polisi Ditangkap, Nyamar Jadi Penumpang Travel

Napi Anak Pembunuh Polisi Ditangkap, Nyamar Jadi Penumpang Travel

Regional
Mengamuk, ODGJ di Lampung Tengah Bunuh Nenek Penderita Stroke

Mengamuk, ODGJ di Lampung Tengah Bunuh Nenek Penderita Stroke

Regional
19 Pekerja Ilegal yang Hendak Dikirim ke Kalimantan Diiming-imingi Gaji Rp 900.000

19 Pekerja Ilegal yang Hendak Dikirim ke Kalimantan Diiming-imingi Gaji Rp 900.000

Regional
Malapraktik, Bidan di Prabumulih Ditetapkan Tersangka

Malapraktik, Bidan di Prabumulih Ditetapkan Tersangka

Regional
Harkitnas dan Hari Jadi Ke-283 Wonogiri, Bupati Jekek: Penguasaan Teknologi Kunci Capai Indonesia Emas 2045

Harkitnas dan Hari Jadi Ke-283 Wonogiri, Bupati Jekek: Penguasaan Teknologi Kunci Capai Indonesia Emas 2045

Regional
Prakiraan Cuaca Pekanbaru Hari Ini Selasa 21 Mei 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Pekanbaru Hari Ini Selasa 21 Mei 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Regional
KPU Sikka Respons Kasus Caleg Terpilih Jadi Tersangka TPPO

KPU Sikka Respons Kasus Caleg Terpilih Jadi Tersangka TPPO

Regional
Mengalami Pendarahan, 1 Jemaah Haji Asal Semarang Gagal Berangkat

Mengalami Pendarahan, 1 Jemaah Haji Asal Semarang Gagal Berangkat

Regional
KKP Bongkar Penyelundupan BBM Ilegal dan TPPO di Maluku

KKP Bongkar Penyelundupan BBM Ilegal dan TPPO di Maluku

Regional
Rebut Markas OPM di Hutan Maybrat, TNI Amankan Kotak Amunisi dan Puluhan Anak Panah

Rebut Markas OPM di Hutan Maybrat, TNI Amankan Kotak Amunisi dan Puluhan Anak Panah

Regional
Prakiraan Cuaca Semarang Hari Ini Selasa 21 Mei 2024, dan Besok : Siang Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Semarang Hari Ini Selasa 21 Mei 2024, dan Besok : Siang Cerah Berawan

Regional
Dibakar Cemburu, Pria di Nunukan Aniaya Istri dengan Benda Keras

Dibakar Cemburu, Pria di Nunukan Aniaya Istri dengan Benda Keras

Regional
Mantan Napi Soemarmo Bakal Maju Pilkada Semarang Lagi, Siap Buktikan Tak Terbukti Korupsi

Mantan Napi Soemarmo Bakal Maju Pilkada Semarang Lagi, Siap Buktikan Tak Terbukti Korupsi

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com