KOMPAS.com - Salah satu isu yang disinggung dalam debat cawapres pada Minggu (21/1/2024) adalah soal desa yang kehilangan sumber daya manusia (SDM) potensialnya.
Calon wakil presiden (cawapres) nomor urut 1 Muhaimin Iskandar mengatakan, untuk mengatasi masalah itu, pihaknya akan menyiapkan anggaran Rp 5 miliar per desa untuk memperbaiki infrastruktur.
Seiring dengan itu, ia berharap pembangunan sarana prasarana tumbuh; wirausaha, pertanian dan peternakan juga berkembang; yang mana nantinya akan berdampak pada ekonomi desa.
"Sehingga masyarakat tidak lagi tertarik menjadi urbanisasi, tapi cukup kembali ke desa membangun desa untuk pembangunan bangsa," ujarnya di Jakarta Convention Center, Minggu malam.
Cawapres nomor urut 2 Gibran Rakabuming Raka menyorot soal menumbuhkan sense of belonging atau rasa memiliki dari masyarakat desa.
Ia menceritakan, dirinya pernah mengunjungi sebuah desa wisata di Mojokerto, Jawa Timur, yang mendapat penghargaan dari Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno.
"Desa wisata dibangun dengan crowd funding, jadi masyarakat desa punya saham di destinasi wisata tadi. Jadi ini salah satu contoh yang baik, cara bagaimana agar masyarakat desa tidak meninggalkan desa atau mencari pekerjaan di kota," ucapnya.
Baca juga: Debat Cawapres, Cak Imin dan Mahfud Singgung 2.500 Tambang Ilegal di RI
Sementara itu, cawapres nomor urut 3 Mahfud MD menuturkan, pihaknya mempunyai sederet program untuk mengatasi permasalahan di atas.
Program-program itu yakni 1000 embung, desa mandiri (mandiri energi dan pangan), serta pembangunan irigasi. Ia lantas mencontohkan Desa Panggungharjo di Kabupaten Bantul.
"Di Daerah Istimewa Yogyakarta ada satu daerah, Panggungharjo namanya, Desa Panggungharjo itu dikenal sangat maju koperasinya, jalan irigasinya, UMKM-nya jalan, dikelola oleh desa itu dengan baik," ungkapnya.
Terkait dengan isu yang dibahas, dosen Sosiologi Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Drajat Tri Kartono, memberikan pandangannya.
Dia menilai, desa kehilangan sumber daya manusia potensial karena adanya faktor pendorong, salah satunya tidak ada kegiatan yang bisa dilakukan.
Baca juga: Mengenal Konsep Tri Tangtu Sunda yang Disebut Mahfud Saat Debat Cawapres
Hal ini dimulai ketika Revolusi Hijau digencarkan di masa Orde Baru. Saat itu, masyarakat desa dikenalkan dengan modernitas, khususnya teknologi.
Namun akibatnya, kegiatan-kegiatan tradisional yang berhubungan dengan usaha desa pertanian, terpangkas.
Hal ini menjadi faktor pendorong yang membuat masyarakat desa hijrah ke kota. Mereka memandang, di kota banyak lapangan kerja.
"Dengan bekerja kasar saja, misalnya buruh, pembantu, pengamen, langsung dapat cash (uang tunai) hari itu juga," tuturnya saat dihubungi Kompas.com.
Menurut Drajat, agar SDM potensial bisa bertahan di desa, perlu adanya intervensi dari pemerintah, salah satunya dengan kucuran insentif.
Nantinya, warga desa dapat bersama-sama mengelola insentif itu untuk pembangunan desa.
Baca juga: Mengenal Desa Ketapanrame Mojokerto yang Disebut Gibran Saat Debat Cawapres